14° Dibuat Kesal

32 10 5
                                    

Dia kira semuanya akan baik-baik saja ketika kembali, namun kali ini ia rasa suasana bumi dalam keadaan tak baik dan tidak memihaknya lagi.

Apa yang harus dirinya perbuat jika sudah terjadi? Tetapi itu telah menjadi resikonya sedari awal jika tak ia pikirkan lagi.

"Bu-- Bunda?"

Dua mata dalam satu pandangan yang begitu tajam menatap lurus kepada objek yang sangat menarik perhatiannya hingga membuat perasaan bermasalah bermunculan tanpa di sadari. Bahkan, suara detikan jam dinding bagaikan persiapan waktu untuk meluncurkan rasa emosionalnya saat ini.

Juna memberanikan diri melangkah satu barisan agar ia bisa mendekati Yerin secara perlahan di depannya yang berjarak delapan meter saja.

Juna kira jika malam ini tidak akan terjadi hal yang terduga dapat terjadi melainkan sebaliknya yang membuatnya bertambah bersalah setelah pulang. Saat membuka pintu rumah dengan pelan, kemudian berbalik badan sudah ada Yerin mematung dengan pandangan itimidasi. Menatap Juna seolah orang yang sudah berpenghianat dengan begitu cepat membuatnya marah dalam sekejap.

"Bun-- Bunda, Njun bisa jelasin---"

"Diam disana!" intrupsi Yerin bergetar memandang anaknya penuh amarah.

Juna sudah lebih dulu berkeringat dingin dan cemas dengan situasi kali ini, begitu marah dan tak sukanya Yerin jika anaknya melanggar segala tuntutan darinya hanya demi kebaikannya juga.

Apalagi Juna tidak lebih dulu berbicara dan jujur padanya jika akan melakukan sesuatu.

"Bunda?"

"Sekarang ini udah Jam berapa?"

Juna sadar, "Pukul 00.30"

"Itu tandanya?"

Juna menghela nafas dan menuduk, "Pulang tengah malam tanpa memberi tahu lebih awal ke orang tua terutama Bunda itu sama aja udah berbohong dan gak jujur sama diri sendiri."

"Dan?" Yerin lanjut itimidasi.

"Dan-- buat Bunda khawatir karena gak izin lebih dulu dan kasih tahu sama aja buat Bunda menjadi marah." lanjut Juna menarik nafas dengan pandangan melemah walau sebenarnya ia sudah lelah.

Yerin melunakkan pandangannya mencoba menenangkan hati serta pikirannya untuk selalu dingin secara emosional. Bagaimana pun juga kejadian kemarin malam masih membekas dalam ingatannya tentang wanita itu hingga rasa takut masih Yerin rasakan.

"Kenapa gak bilang?"

"Maaf Bunda-- bukan maksud Njun--"

"Kamu udah bikin Bunda khawatir," tutur Yerin.

Juna mengangkat kepalanya rendah, "Bun-- Maafin aku-- Njun cuma--"

"Tapi kamu udah berbohong dari awal! Kalau sampai kamu gak pulang-pulang dan terjadi sesuatu sama kamu di luar sana gimana?! Siapa yang lebih dulu takut jika itu terjadi sama kamu?! Bunda cuman gak pengen hal itu terjadi, Yeonjuna!" marah Yerin dengan nada tertahannya.

Vino keluar dari kamar ketika ia sadar jika istrinya tak kunjung kembali mengambil minum serta mendengar Yerin berbicara dengan nada kesalnya di luar sana.

Tak tahan dengan perasaan sendiri, Yerin memilih menundukkan kepala dan merendahkan tegakkan badannya membuat Juna paham bahwa Yerin sedang bersedih saat itu juga.

"Bunda--"

"Diam!"

"Kamu kenapa?" Vino datang langsung merangkul istrinya sambil melirik Juna yang juga ikutan khawatir dan merasa bersalah.

Juna Dipanggil NjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang