17° Kegusaran Vino

73 9 6
                                    

Malam sunyi dengan similar angin yang begitu mendamba kedinginan malam. Kendaraan di jalan tidak banyak yang melintas di pertengahan malam seperti ini.

Laju motor di atas kecepatan mengendara dengan sedikit kegelisahan dalam benak seorang pria matang di balik helmnya.

Sesekali ia melirik spion, memastikan bahwa anak lelaki yang tengah ia bawa baik-baik saja walau terlihat tengah tertidur sambil memeluknya erat dari belakang.

Sesampainya di tempat tujuan yang menjadi rumah si anak lelaki, ia bisa melihat dari kejauhan jika kedua orang tuanya tengah mencemaskan anak mereka yang tak kunjung pulang hingga selarut ini membuatnya menjadi cukup bersalah.

"Njun!" khawatir Yerin segera menghampiri kendaraan itu hanya untuk memastikan anaknya dan membawanya pulang.

Yerin memangku Njun kecil ke dalam gendongan yang sedang tertidur dengan raut sangat cemas, melihat wajah tertidur pulas anaknya membuat ia mengusap kepala itu.

"Maafin saya udah buat kalian cemas karena bawa Njun dari siang sampai malam begini. Saya merasa bersalah, saya minta maaf." sesalnya kepada mereka, bagaimana pun anak itu hanya ingin ikut denganya sebagai bentuk dari bermain biasa.

"Lain kali jangan ajak anak saya pergi naik motor begini kalo sampai larut malam, saya gak mau Njun jatuh sakit atau terjadi sesuatu sama anak saya!" peringat Yerin dengan marah.

Vino menghela nafas, "Bun. Jangan gitu, Pak Arlod gak ada maksud sampai bikin Njun pulang kemalaman gini. Yang penting, anak kita pulang dengan keadaan baik-baik aja itu udah cukup."

Yerin menggeleng cepat dengan tatapan tajamnya menahan kekesalan, "Gak! Bagaimana pun juga aku gak suka Njun di bawa keluyuran begini, dia masih kecil! Gak baik di bawa kemana-mana apalagi main motor begitu."

Arlod semakin bersalah, "Mbak Yer saya benar-benar minta maaf. Sekali lagi, saya gak akan bawa Njun sampai malam begini."

"Gak Pak, saya gak akan izinin lagi Njun main begituan. Saya gak mau ambil resiko, lagipula Njun gak pantas di usianya yang masih kecil bermain dengan orang dewasa seperti Pak Arlod ini." jelas Yerin dengan itimidasinya.

"Tapi Mbak-- Njun suka banget dengan motor--"

"Saya gak peduli, intinya keselamatan anak saya yang utama di bandingkan hobbynya!" jelas Yerin cukup marah karena Arlod terus saja berkata seperti itu.

"Bunda! Sudah, bawa Njun ke dalam sana. Gak baik di liat tetangga nanti," mutlak Vino menyuruhnya masuk ke dalam rumah.

Tanpa berkata kembali Yerin memilih menuruti perkataan suaminya, lagipun ia sudah muak dengan Arlod yang selalu saja bermain dengan anaknya Njun.

Bukan tanpa alasan ia melarang mulai saat itu, tetapi bermain dengan Arlod cukup tak wajar bagi usia Njun yang masih kecil di bangku sekolah dasar.

Maka dari itu, Yerin tak ingin terjadi sesuatu dengan anak lelaki satu-satunya itu yang akan membuatnya ketakutan cukup berlebih jika terjadi.

Yerin perlahan-lahan merebahkan Njun kecil ke kasur setelah berada di dalam kamar, kemudian melepas jaket serta sepatunya yang masih melengkat di tubuh kecil itu. Anaknya begitu tertidur tampak kelelahan setelah bermain, ia tidak mau Njun terlalu lelah sampai jatuh sakit nantinya.

"Njun, sayang Bunda kan? Njun pasti sayang, kalo nanti pas Njun udah bangun Bunda suruh Njun gak boleh main lagi sama Om Arlod apa Njun mau nurutin apa kata Bunda?" Yerin berbicara lembut kepada anaknya yang masih tertidur itu sambil mengelus kepalanya sayang.

Juna Dipanggil NjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang