Keesokan harinya, Juna sedang di panggil ke ruangan Miss Farah bersama Yena untuk membahas pentas Seni yang akan diadakan minggu besok, dan mereka sebagai Ketua Panitia.
Yena begitu serius mencatat keperluan properti dari Pentas Seni yang di perlukan, sedangkan Juna tampak fokus memahami detail arahan dari Miss Farah tentang urutan acara yang di selenggarakan nantinya.
Selesai dengan urusan tersebut, kini Juna dan Yena di sibukan harus membagikan brosur pengikutan apresiasi acara bagi yang ingin ikut memeriahkannya. Terdapat, hiburan nyanyian, puisi tema juara, dance, alat musik tradisonal serta moderen, drama musikal, dan kuis berkelompok. Tidak hanya memeriahkan tetapi terdapat hadiah jika memenangkannya.
Berjalan bersama sambil membagi-bagi brosur ke siswa-siswi lain seperti itu merupakan hal yang paling bahagia yang selalu Yena impikan, pasalnya dirinya bisa berjalan berdua dengan Juna melalui kegiatan mereka saat ini.
Apalagi Yena di pasangkan dengan Juna sebagai Panitia Pentas Seni. Namun terlepas dari Yena yang merasakan effort seperti itu, Juna tetap hanya beranggapan biasa saja karena mereka teman kelas tidak menganggap hal serupa.
Jinan yang lagi meminum susu botolnya tak sengaja melihat kedua kakak kelas itu sedang membagikan brosur kepada anak-anak yang berada di kantin.
Jinan buru-buru menupuk Hyuna untuk memberitahukan hal tersebut, "Hyun!"
Ghina yang penasaraan pun ikut menoleh. Sedikit terkejut dengan kedatangan kedua kakak kelas mereka yang sudah di kerebungi oleh anak-anak yang ingin mengambil brosur, Ghina ikutan menggoyangkan tubuh Hyuna yang sedang tertidur lelap dengan kepala di miringkan ke kanan dan kedua tangan di sila sebagai tumpuan.
"Hyun, kayanya kamu harus lihat ini deh." celetuk Ghina menyadarkan Hyun dari tidurnya.
Hyuna yang kesal, mau tak mau sadar dan berusaha menormalkan pandangan setelah tertidur sekitar 20 menit di meja kantin akibat menunggu kedua temannya yang tengah menghabiskan makanan mereka dengan cukup lama.
Hyuna melongo menampilkan wajah cupu cukup bodoh di pandangan Juna ketika lelaki itu juga tak sengaja menatapnya dari jarak beberapa meter.
"Kak Juna lagi bagiin brosur?" tanya Jinan seperti menolog sendirian.
"Bareng Kak Yena lagi," lemes Ghina agak malas.
Hyuna menatap pemandangan itu tanpa berkomentar, karena dirinya sedang menerawang sambil mendengar sahut-sahutan orang-orang tengah membicarakan Pentas Seni di pertengahan tahun.
Juna membuang muka dan mengajak Yena kembali berjalan untuk membagikan brosur ke yang lainnya. Meninggalkan kantin dengan penuh acuh serasa apa yang tadi ia lihat hanyalah bayangan semata.
Hyuna berdiri, ia tanpa permisi merebut selembar brosur dari salah satu murid lelaki yang tak jauh berada di sampingnya.
Ghina dan Jinan merapat untuk melihat brosur tersebut, tak lama kemudian ketiganya saling memandang.
Tiba-tiba saja Hyuna menggerebak meja kantin hingga orang-orang di sekitar terlihat terkejut dengan tindakan tersebut.
"Kita harus ikut untuk apresiasiin acara, kita ikut secara Solois. Kalian berdua, mau kan?" tanya Hyuna menatap keduanya penuh binar.
Jinan yang sudah memilih jika ia ikut pun mulai membuka suara, "Aku ikut. Aku pengen ngedance, kalau kamu Ghin?"
Ghina tampak memelas, "Kayanya gak deh."
"Yahh-- kok gitu? Ayo ikutan aja, apa yang pengen kamu ikutin? Masalah menang gaknya, itu belakangan. Kita apresiasiin buat ikutan aja dulu," tutur Hyuna menatap Ghina yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna Dipanggil Njun
Fiksi RemajaCowok bernama lengkap Yeonjuna Leonil Rasellio itu memiliki julukan dua nama panggilan yang mempunyai makna berbeda untuk dirinya. Juna dan Njun, Juna untuk orang yang baru saja ia kenali dan mereka hanya melihat cowok itu dari luar terkesan datar...