9° Suasana Malam

56 11 0
                                    

"Njun! Ayah mau kamu baca ini," Vino menyerahkan beberapa lembar map kepada Juna yang lagi santai itu.

Juna menoleh dan mengernyitkan dahinya heran ketika Vino memberikannya dokumen perusahaan milik keluarga. Juna menduga bahwa Vino masih kekeuh ingin Juna mempelajari tentang perusahaan milik mereka ketika di saat waktunya Vino sudah tidak menjabat lagi.

"Gak mau ah!" tolak Juna acuh.

Vino mencibik, "Yeh! Cuma di baca aja Njun."

Juna tetep menggelengkan kepalanya, "Malesin Ayah."

"Ya ampun, diliat sama di baca bukan di pelajari ini. Ayah tahu kamu belum siap," ujar Vino mendengus.

"Sama aja, niattan Ayah tetep pengen aku pelajari tuh materi perusahaan. Belajar akademik aja pusing apalagi bisnis," kacau Juna membayangkan betapa rumitnya jika bercampur dengan pelajaran fisika dan bisnis.

Vino memijatkan pangkal hidungnya bingung dengan ungkapan Juna. Mungkin dirinya terlalu terburu-buru ingin Juna memahami perusahaan keluarga dan suatu saat bisa menggantikannya. Namun demikian, Juna masih bersi keras untuk tidak mempelajarinya karena sungguh ia tidak menyukai hal-hal tersebut.

"Belum juga dibaca udah ngomong kaya gitu," celetuk Vino mendilik kepada anaknya.

Juna menyengir, "Lah emang bener."

"MASSS VINOOO KADAALLL!!!" tiba-tiba Yerin teriak dari arah tangga sambil membawa ponselnya hingga membuat kedua pria itu jadi terkejut banget dengernya.

Bahkan Vino menjadi was-was ketika istrinya itu menghampiri dengan langkah beratnya seperti langkah monster yang ingin menerkam dirinya saat itu juga. Vino tahu betul jika Yerin sudah seperti itu pasti ada hal yang menyebalkan di antara mereka kemudian dirinya lah yang di salahkan oleh Yerin atas penyebabnya.

"Liat! Maksudnya apa ini?!" tunjuk Yerin memperlihat ponselnya yang menujukan suatu foto berdua lawan jenis dengan pakaian formal mereka kepada muka Vino langsung.

Vino mengerjapkan matanya gugup saat istrinya menatap dia begitu tajam penuh itimidasi, "Itu mah--- itu yank investor bisnis aku."

"Bohong! Masa rekan bisnis dekatan gitu hah? Mana kamu depetin dia banget!" sebel Yerin gak suka.

"Eh itu cuma foto biasa Bun sebagai formalitas aja. Gak ada hubungan apa-apa lagi hanya sebatas rekan kerja doank," jawab Vino memelas mencoba menjelaskannya dengan lembut.

Yerin tetep gak percaya, biasa akhir-akhir ini dirinya terlalu sensitif dengan perasaannya. "Rekan kerja gak sampe harus deket banget kaya gini! Njun liat dan kamu simpulin, Ayah kaya yang sengaja nempel-nempel kan?"

Njun yang lagi diem main game dan memilih gak mau ikut campur pun mulai menoleh ketika Yerin berkata seperti itu. Njun memperhatikan foto itu dengan teliti, dari sudut pandanganya memang sebagai formalitas aja bahkan Njun juga bisa membedakan mana keliatan ada maksud lain dan terlihat sebatas formalitas. Karena Vino benar dia hanya foto formalitas sebagai rekan kerja dengan wanita tersebut maka Njun memilih ingin memanasin situasi aja, sebagai bentuk Vino telah sedikit menuntutnya untuk mempelajari materi perusahaan.

"Hm, ini si Ayah keliatan dari rautnya nempel mulu ke wanita ini." terang Njun dengan watadosnya hingga membuat Yerin menjadi melongo dan menahan kekesalannya.

"Serius Njun?!" pastikan Yerin dan mendapatkan anggukan dari Njun langsung.

"Njun! Mana ada kamu nyimpulin seperti itu?!" tegur Vino gak habis pikir dengan ucapan anak jadabnya itu.

Astagfirullah :)

"Eh emang bener, Ayah aja sampe senyum menikmati kaya gitu kok." kompor Juna lagi membuat Yerin menjadi melotot kepada suaminya bersiap meluapkan amarah.

Juna Dipanggil NjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang