Jangan lupa komentarnya, karena komentar kalian penentu kelanjutan chapter selanjutnya.......
Typo bertebaran........
.
.
.
.
Mahen terkejut mendengar kabar dari Dika yang mengatakan jika adik perempuannya pingsan setelah mereka selesai mendaftarkan diri di sekolah baru, Mahen meminta izin pada kepala sekolah untuk pulang terlebih dulu, untung saja Mahen berhasil mendapatkan izin untuk pulang, Mahen terlalu mencemaskan keaadaan Fitri.
Tidak lama kemudian Mahen telah sampai di kontrakan, Mahen membuka pintu sepertinya Fitri dan Dika belum sampai, Mahen menutup pintu kembali lalu membalikan tubuhnya kearah Jalan, berdiri untuk menunggu kedatangan Fitri dengan perasaan khawatir yang begitu banyak.
Mahen bergegas menghampiri Dika yang sedang menggendong tubuh Fitri, Mahen mengambil alih tubuh sang adik lalu segera masuk kedalam kamar untuk membaringkan tubuh Fitri di tempat tidur.
" mas sepertinya sakit kepala Fitri kumat lagi " ujar Dika yang membantu melepaskan sepatu dari kedua kaki Fitri, Mahen menolehkan kepalanya kearah Dika meminta penjelasan lebih dari laki-laki itu.
" Fitri udah lama gak ngerasain sakit kepala lagi " Dika mengangguk, karena dia pun tahu kondisi Fitri seperti apa.
" aku juga gak tahu mas, tadi selepas keluar dari ruangan administrasi Fitri mengeluh memegangi dadanya lalu mengatakan jika dirinya merasa pusing" Radika mencoba menjelaskan kepada Mahen yang sebenarnya terjadi.
" tadi pagi Fitri belum sempat sarapan mas..?" Tanya Dika pada Mahen yang sedang menempelkan punggung tangannya pada kening Fitri untuk mengecek suhu tubuh gadis yang tengah tertidur pulas.
" udah, tadi Fitri sarapan bareng sama mas " ujar Mahen menjawab pertanyaan dari Dika.
" Fitri demam " Mahen kembali melanjutkan perkataannya, suhu tubuh sang adik begitu panas, Radika benar sepertinya sakit kepala Fitri kumat kembali, jika sakit kepala Fitri kambuh lagi maka setelahnya gadis itu akan demam seperti sekarang.
" sepertinya benar, sakit kepala Fitri kambuh lagi ka " Radika menggusar rambut hitamnya dengan kedua mata yang tidak pernah lepas memandang wajah Fitri.
" mau dibawa ke rumah sakit aja mas?" Tanya Dika pada Mahen yang sudah duduk disebelah tubuh Fitri sembari mengelus wajah Fitri dengan pelan.
" mas belum gajian ka, ada uang tapi itu untuk kebutuhan sehari-hari " Mahen pun menggelengkan kepalanya dengan pelan, tersenyum miris untuk membawa Fitri ke dokter pun Mahen tidak mampu, disaat seperti ini Mahen merasa tidak berguna sebagai kakak.
" biar Dika yang bayar, mas gak perlu mikirin itu, yang terpenting kita bawa Fitri dulu ke rumah sakit, buat mastiin kalau sakit kepala Fitri kambuh atau tidak " Mahen menolehkan kepalanya, menatap tidak enak kearah Radika, laki-laki itu baru saja tiba dari kampung tapi dia sudah membebani Dika dengan membayar uang periksa Fitri ke dokter.
" nanti mas ganti ya " ujar Mahen kemudian.
" ya udah iya, sekarang lebih penting Fitri cepat di bawa ke rumah sakit " Radika kembali berucap, sebenarnya dia tidak berniat untuk menghutangkan uang pada Mahen, tapi Dika juga tidak mau menyakiti perasaan Mahen jika dirinya tidak mau menerima usaha Mahen yang akan membayar uang ganti rumah sakit nanti.
" aku cari taksi dulu " Mahen menganggukan kepalanya.
Selepas kepergian Dika untuk mencari taksi, Mahen dengan cepat kembali mengangkat tubuh Fitri lalu berjalan pelan kearah luar kamar untuk menghampiri Dika yang sedang berada di luar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Seven Brother
FanfictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA...! kisah seorang gadis bersama ketujuh saudara laki-lakinya