28. sebuah fakta

485 52 97
                                    

.

.

Typo bertebaran.....

.

.

Gak komen gak bestie___-



.


.

.









" mas......." laki-laki yang terlihat sibuk menatap layar laptopnya itu pun harus menolehkan kepalanya sejenak kearah sumber suara. Mahen tersenyum melihat Fitri yang sedang berjalan menuju ke tempatnya berada.

" dalem adek......" ujar Mahen langsung menutup laptopnya lalu menyingkirkan benda persegi itu dari atas pangkuan-nya. Sekarang Fitri tengah menetap di rumahnya mas Mahen, Fitri merindukan sosok saudara laki-lakinya itu, hal itu lah yang membuat Fitri untuk menetap sementara dengan Mahen mas yang paling berarti bagi Fitri.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Fitri pun mendudukan bokongnya tepat di sebelah Mahen, Fitri memeluk Mahen dari samping lalu menyandarkan kepalanya pada dada bidang Mahen yang nyaman.

" kenapa hmm...?" Ujar Mahen menundukan kepalanya lalu mengelus puncak kepala adik perempuan satu-satunya yang dia miliki. Mahen sangat hafal betul jika Fitri bertingkah manja seperti ini, pasti ada sesuatu yang akan segeta Fitri curhatkan kepadanya.

" Fitri bingung " ucap Fitri memulai sesi curahan hatinya, Mahen sudah menyiapkan kedua telinganya untuk bertugas dengan baik mendengarkan segala keluh kesah yang akan Fitri ucapkan sebentar lagi. "bingung dalam konteks apa?" Tanya Mahen kemudian.

" dengan perasaan Fitri " Mahen sedikit mengerti kemana arah tujuan perkataan Fitri selanjutnya. "perasaan untuk...?"

" Radika " benar saja, Fitri terpancing akan pertanyaan yang baru saja Mahen layangkan kepadanya. Mahen tersenyum sembari memeluk tubuh Fitri.

" coba ceritain, mas pengen tau dari awal kenapa Fitri bisa bingung sama perasaan sendiri " Fitri langsung melepaskan rengkuhan tangannya dari pinggang Mahen, kemudian Fitri duduk tegap lalu menarik tubuh Mahen untuk berhadapan dengan nya.

"semuanya karena ulah Radika" Mahen menaikan sebelah alisnya. " ulah..?" Fitri hanya bisa menganggukan kepalanya dengan pelan, entah kenapa nyali Fitri menciut ketika melihat raut wajah Mahen yang sedikit berbeda dari sebelumnya.

" janji dulu mas Mahen jangan marahin Fitri..?" Ucap Fitri mengangkat jari kelingkingnya, Mahen semakin yakin jika ada satu peritiwa yang sudah dibuat oleh laki-laki bernama Radika.

" janji mas, bukan cuma di pelototin aja kelingking Fitri nya" ucap Fitri sedikit kesal karena Mahen yang hanya diam saja sembari menatap bulat ke arah jari kelingking yang dia angkat tepat di depan wajah Mahen.

" sepertinya ada lah serius yang ngebuat kamu acungin jari kelingking ini " ujar Mahen menunjukan jari kelingking Fitri yang mungil.

" dari pada Fitri acungin mas Mahen jari tengah loh " Mahen semakin membuka lebar kedua matanya, Fitri hanya terkekeh pelan sembari menutup mulutnya. " mas iiihhh, pegel tau" ucap Fitri menggerakan jari kelingkingnya, dengan sangat terpaksa Mahen pun menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Fitri yang mungil. "Oke,mas janji gak akan marahin Fitri" Fitri langsung mengembangkan senyum lebar setelah mendengar pernyataan Mahen yang sudah berjanji tidak akan memarahinya.

" tergantung kondisi " senyuman indah yang mengembang pada wajah Fitri pun seketika saja hancur setelah Mahen melanjutkan perkataannya.

" issshhh " dumel Fitri menghembuskan nafas kasar.

My Seven Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang