Selamat malam.....
Typo bertebaran.....
.
.
" Jihan.........."
" om jangan bawa adik aku om, jangan bawa Jihan pergi ...."
" Jihannnn, tunggu endraa, jangan masuk ke mobil itu " Jendra kecil sedang berusaha melepaskan tubuh kurusnya yang tengah berada dalam kungkungan laki-laki bertopeng.
" kabur Jihann kabur....." begitu juga dengan Jevan yang sedang berusaha melepaskan kedua tangannya yang dicekal ke belakang oleh satu laki-laki yang sama memakai topeng. Kedua saudara laki-laki kembar sama-sama sedang berusaha melepaskan jeratan tubuh kecil mereka dari dua orang laki-laki yang tidak mereka kenali, namun sepertinya nasib baik belum berpihak pada keduanya, terbukti dengan sekeras apapun mereka berdua berusaha untuk terlepas pada akhirnya tidak bisa juga, tenaga anak kecil seusia mereka tidak mungkin mampun menandingi tenaga orang-orang dewasa ini.
" JENNDRAA..... TOLONGGG !!" sang gadis kecil hanya bisa meronta memohon ampun pada dua orang yang tengah mengikat kedua tangannya ke belakang.
" enggakk... enggak mauu, JEVANNN TOLONGG AKUU " gadis mungil itu kembali memberontak ketika dirinya melihat sebuah kain berwarna hitam yang akan orang itu gunakan untuk menutup kepalanya, Jihan meronta dengan cara menggerakan kepalanya ke kanan dan kiri untuk menghindari penutup itu, namun kembali lagi, mau berusahan sekeras apapun Jihan hanya lah seorang anak kecil yang tenaga nya tidak sebanding dengan mereka berdua, pada akhirnya juga Jihan harus merasakan kegelapan karena sekarang kepalanya sudah tertutup oleh kain hitam. Gadis kecil itu sudah tidak bisa lagi memberontak atau pun berteriak karena sebelum di tutup tadi mulut kecil Jihan sudah di sumpul oleh sapu tangan.
" jangann bawa JIhaannnnnn " pekik Jevan ketika kedua matanya melihat tubuh saudara kembarnya sudah di angkat dan langsung dimasukan kedalam mobil. Kedua saudara kembar laki-laki itu tidak bisa berbuat banyak untu menolong Jihan, dengan perasaan hancur dan deraian airmata Jevan dan Jendra harus merelakan Jihan dibawa pergi oleh orang-orang jahat bertopeng itu.
********
"Jendraa.... "
" Jevan...... "
" Tolongg, tolong aku "
.
.
.
" JANGAN........!!!!"
Fitri berhasil bangun dari alam bawah sadarnya, gadis berkulit putih pucat itu langsung duduk sembari mengatur debaran detak jantungnya yang tidak beraturan serta hembusan nafasnya yang terasa begitu berat, dan jangan lupakan keringat dingin yang sudah membasahi kulit wajah Fitri. Teriakan kencang yang keluar dari mulut Fitri pun membuat ke delapan laki-laki yang sedang tertidur lelap di dalam kamar inap vvip itu pun langsung terbangun setelah mendengar suara teriakan itu.
Tyo adalah orang pertama yang berlari kearah bangsal putih yang di atasnya terdapat tubuh sang adik yang terlihat sedang mengontrol deru nafasnya, saking paniknya Tyo gak sengaja nginjak kaki Gilang dan juga Jevan yang masih terlentang menghalangi jalannya." kaki guee...." Pekik Gilang dan Jevan secara bersamaan. Tyo gak peduli dengan kedua adiknya itu, yang Tyo cemaskan sekarang hanyalah Fitri.
" Fitri.... Fitri....Fitrii liat mas dokter" Tyo memanggil nama adik bungsunya sambil kedua telapak tangannya yang tidak pernah berhenti menepuk-nepuk pipi Fitri dengan pelan. Tyo sedang berusaha untuk menyadarkan Fitri agar tidak tenggelam pada kilasan memori pahit yang melintas dalam pikirannya, Tyo berani bertaruh jika Fitri baru saja mengalami mimpi buruk atau melihat kembali bayangan kelam yang menimpa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Seven Brother
FanfictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA...! kisah seorang gadis bersama ketujuh saudara laki-lakinya