tujuh belas

612 79 119
                                    

Selamat hampir tengah malam......


Jangan lupa tinggalin jejak bestiee" kuee....



Typo bertebaran.........










.

.






" jemput gue "

Jendra mengirimkan pesan pada Jevan dan tidak lupa mengirimkan lokasi keberadaannya. Setelah selesai Jendra memasukan kembali ponsel miliknya kedalam saku jaket denim yang sedang dia kenakan. Baru setelah itu Jendra pun mengarahkan tubuhnya berhadapan dengan Fitri yang sejak tadi masih setia menunggunya.

" motornya kemana dra..?" Tanya Fitri kemudian. Jendra hanya bisa tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

" ada yang bawa Fit " jawaban yang Jendra berikan tidak membuat Fitri mengerti.

" maksudnya ..??" Jendra hanya bisa mengembungkan kedua pipinya, meresa gemas pada Fitri yang tidak langsung paham akan ucapannya.

" ilang Fit..... motornya ilang, gue lupa cabut kunci motor jadi dibawa orang deh motornya " Fitri terdiam tidak bereaksi sedikitpun sampai pada lima detik berikutnya Fitri membulatkan kedua matanya lalu memukul bahu Jendra sembari berkata.....

" kok kamu teledor sih.... di daerah tempat tinggal ku tuh rawan maling, lupa sebentar langsung ilang " Jendra hanya bisa meringis meratapi bahu kanannya yang digebuk terus-terusan sama Fitri.

" yaa gue kan milih buat nyelamatin yang lebih penting " ujar Jendra lalu menangkap pergelangan tangan Fitri supaya berhenti memukul bahunya.

" iiih lepas " ucap Fitri mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Jendra.

" gak mau, tangan lo nakal mukul-mukul badan gue mulu " Jendra kembali berucap membuat Fitri memutar bola matanya dengan malas. Jendra baru sadar jika sifat adiknya masih sama seperti dulu, yaitu Galak dan nyeremin.

" emangnya apasih yang bikin kamu lupa cabut kunci motor..?" Fitri kembali bertanya dengan satu tangan yang masih berada dalam genggaman laki-laki berbadan tinggi yang berdiri di samping tubuhnya.

" kamu "

" kamu...?"

" iyaa kamu Fitri, kamu lebih penting dari segalanya.... ya kali gue ngebiarin lo jalan kaki sendirian lewatin para preman mabuk itu? gak akan lah" Jendra pun mulai memutar tubuhnya, sekarang kedua kakak beradik itu saling berhadapan.

" jangan ceroboh, aku gak mau kehilangan kamu........... lagi " setelah mengatakan hal itu Jendra langsung menarik tubuh Fitri untuk masuk kedalam pelukannya, Jendra tidak peduli jikalau Fitri merasa risi terhadapnya, Jendra hanya sedang meluapkan rasa rindunya dengan cara seperti ini, memeluk tubuh Fitri membuat hati Jendra merasa tenang dan hangat, Jendra dapat merasakan separuh jiwanya yang sudah pergi begitu lama sekarang kembali menyatu dengan jiwanya. Tidak hanya Jendra yang merasakan hal itu, Fitri juga dapat merasakannya.

Namun tanpa mereka berdua sadari ada empat pasang mata dari kejauhan yang melihat kearah mereka dengan tatapan dingin.

.

.

Setelah mengantarkan Fitri kerumahnya dengan selamat, Jendra kembali ke depan gang untuk menunggu Jevan yang akan menjemputnya, tidak perlu membuang waktu lama untuk menunggu kembarannya itu, beberapa menit Jendra berdiri dipinggir jalan terlihat mobil bmw milik Jevan sudah sampai dan berhenti tetap di depan tubuhnya.

" nyengir lo kek orang gila " ujar Jevan menatap sebal kearah Jendra.

" bawa duitnya kan lo?" Tanpa menghiraukan perkataan dari Jevan, Jendra lebih memilih untuk menanyakan hal lain.

My Seven Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang