Satu : Ancaman

389 38 14
                                    

💣💣💣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💣💣💣

Mitya berdeham berkali-kali ketika tubuhnya mulai panas dingin. Tak hanya tubuh, telinganya turut panas tatkala mendengar rombongan perempuan-di sebelah kanan, kiri, pojok belakang, bagian depan, serta di tingkat ke tingkatan lebih atas bangku penonton-Ikut bersorak panas dingin melihat Juno yang mulai melepas jaket dan bergabung ke dalam pertandingan basket sekolahnya. Mitya hanya bisa berdengus jengah ketika pujaan hatinya merupakan pujaan hati sejuta umat.

Beginilah risikonya suka sama cowok populer. Mitya sempat kesal ketika sorakannya justru kalah kencang dengan jeritan Bee si Miss Toa, kalah berenergi dari Donna yang tenaganya tak pernah habis, kalah menggairahkan dari Siska si cabe. Namun, yang lebih membuatnya kesal, perhatian yang seharusnya Juno tujukan padanya justru terbagi ke ribuan penonton yang bersorak.

"Juno-Juno-Juno!" Setengah penonton bersorak pada Juno dan tentunya itu diisi oleh para kaum hawa yang haus akan cuci mata dengan ketampanan cowok gagah.

Juno tersenyum tipis terhadap penonton dan itu berhasil membuat panas dingin tubuh Mitya meleleh lebur layaknya mentega di penggorengan.

Sementara itu, Genta-pemain yang baru saja digantikan oleh Juno-memberikan tos berupa tinjuan kecil pada sahabatnya sebelum Juno resmi masuk ke lapangan untuk menggantikannya. Mata tajam Genta tak lepas dari Mitya yang terpukau akan kerupawanan sosok Juno. Selama berdiri di dekat bangku pemain, pandangan Genta tak pernah terlepas dari sosok Mitya.

Mitya yang berusaha bersorak mengalahkan Miss Toa demi didengar Juno, tersenyum dengan pipi merona dan bertepuk dengan semangatnya. Andai saja semangat gadis feminim itu ditujukan pada Genta. Dapat Genta pastikan dirinya akan bertanding dengan performa dua ratus persen. Atau bahkan sampai seribu persen.

Merasa gemas, Genta coba mangkir secara tak kasat mata dari bangku pemain menuju ke bangku penonton.

"Hei, Mit!"

Mitya melirik Genta sekilas dan kembali fokus pada Juno. "Oh, hei Gen."

Ketika Genta berjongkok di hadapannya, barulah gadis itu menatap Genta intens. "Lo mau ke PI weekend ini? Ada food court dan toko buku di sana juga ngadain jumpa penulis," tawarnya.

Perlahan dahi Mitya mengernyit. "Ya, gue denger. Winna Efendi bukan?" Hanya saja nada suaranya tak terdengar begitu antusias. "Dengar, Gen. Gue memang suka jalan-jalan ke toko buku Sabtu pagi, tapi jika ini ada maksud lain... sorry." Dia menggeleng pelan. "Kita gak lebih dari temen. Gue cuma suka Juno."

Telinga Genta berdengung seketika, seakan sorak-sorai penonton sekitar tenggelam hilang. Dia tersenyum masam dan mengangguk paham. "Mit, gue-"

"Gue minta maaf. Gue nggak bisa. Pliss kali ini aja coba ngertiin." Tak ingin terjebak dalam situasi canggung lebih lama dan tidak ingin mempermalukan Genta lebih dalam, Mitya beranjak, harus merelakan rasa nyamannya meneriaki Juno di antara para penyorak lain. "Gue pergi dulu, ya." Mitya bahkan pergi tanpa keberanian menatap raut wajah kecewa Genta yang sudah berkali-kali ia tolak secara halus sebelumnya.

Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang