"Dia ngehirauin gue kalo Mitya ada di sekitar kami, selebihnya nggak. Gue udah coba, Girls, udah coba ngertiin dia sebaik mungkin. Tapi pembicaraan kami gak pernah lepas dari Mitya atau nggak dia cuma diem doang." Nicole menjelaskan dengan rona wajah yang memerah dan alis yang bertekuk patah. "Terus gue harus apa dong? Masa setiap mau ngobrol sama dia gue harus ngomongin soal Mitya?"
Miranda dan Dona hanya bungkam melihat Nicole yang mendumel sejak lima belas menit lalu dengan gerik mondar-mandir tak jelas di kamar megah Miranda. Sesekali mereka berdua curi pandang tak berani menginterupsi sedikit pun.
"Gue ...." Nicole menunjuk diri sendiri dan mencondongkan tubuh di depan keduanya. "Tahu apa aja yang dia suka, apa aja yang dia gak suka, tapi dia tetep gak mau ngomong sama gue."
"Udah coba ngomongin tentang yang dia suka gak?" tanya Bonny yang duduk rapi di kursi belajar Miranda dengan fokus masih pada buku persiapan olimpiadenya.
"Ya, ya belum sih." Nicole melirik ke atas mengingat-ingat.
"Kalo lo cuma tahu tapi gak lo manfaatin kan percuma." Bonny yang membelakangi ketiga orang itu, berkata dengan santainya. Miranda menjentikan jari seketika membenarkan pendapat Bonny. "Setuju, sudah seminggu lo jadian tapi gini-gini aja hubungan kalian. Harus ada perubahan lah."
"Gue udah coba ngehibur dia waktu Bison kemaren kalah di semifinal, tapi dia nyuekin gue." Nicole mengernyit dengan kedua tangan mengepal di depan dada. "Terus kalian pikir dia bakalan bisa diajak ngobrol 'kamu tahu nggak tentang penulis Donald Bebek bla-bla-bla' sementara dia aja nggak ngedengerin gue?"
Keduanya kembali bungkam dan lanjut mendengarkan maraton panjang mengenai rentetan kata-kata dan serapah sinisme dari Nicole. Donna dan Miranda menghela napas, sementara Bonny mengencangkan volume earphone dari musik klasiknya.
"Nic, kenapa setiap di depan Genta lo jadi lembut dan penurut, kenapa gak kayak gini aja? Lu perlu terus terang dan tegas sekali-kali ke dia."
"Jangan bantah gue, Ona! Jangan Bantah Gue Kali Ini!" Nicole melotot sempurna. "Genta itu udah ngelewatin banyak hal, nyokap dia kondisinya gak baik, bokap dia ... pokoknya kondisi keluarganya gak baik, jadi gue gak bisa kasar ke dia. Dia gak bisa digituin."
"Ya tapi lo jadinya dicuekin terus sama dia." Miranda menyanggah dan hal itu langsung ia sesali ketika pelototan mata Nicole beralih padanya.
"Jangan sanggah gue, Mir! Jangan Salahin Gue Kali Ini!"
Keduanya menelan ludah dan kembali mendengar rentetan ocehan sahabatnya itu. Kali ini Nicole membahas tentang panggilan Genta, di mana Genta masih memanggil Nicole dengan lo-gue sementara Nicole sudah memanggilnya dengan aku-kamu. Kemudian, merembet pada Juno yang kerap dijadikan alasan bagi Genta untuk menghindari Nicole sebelum akhirnya kembali ke pembahasan tentang Mitya.
Jam lima sore tepat, Nicole akhirnya menutup ocehannya dengan tarikan napas panjang, sama panjangnya dengan embusan napas lega dari ketiga temannya. "Oke, makasih udah dengerin." Nicole mengipas-ngipasi diri dengan tangan meski AC di kamar Mira sudah berjumlah tiga buah. "Ngomong-ngomong Ona, baju taekwondo lo udah gue jahitin waktu nungguin Genta kemaren, udah gue masukin ke binatu dan juga pake pewangi produk Vietnam kesukaan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]
Ficção AdolescenteSatu SMA dibuat heboh ketika cewek tak dikenal, bernama Nicole, tiba-tiba menyatakan cinta pada cowok populer di sekolah. Mengherankannya, dia diterima. Semenjak itu, Nicole kerap menjadi buah bibir karena sering melakukan aksi udik untuk membuat pa...