"Nicole ...."
"Ya?"
Genta menghela napas pelan, "kita udahan, ya."
Mata Nicole melebar. "Apa?" Alisnya turut bertaut. Gadis itu menggeleng pelan, tak mengerti.
Sementara Genta mengangguk pelan. "Kita sampai di sini aja."
Keringat dingin seketika mengucur deras di sekujur punggung Nicole. Jarinya yang licin akibat peluh saling menekan satu sama lain. "Tapi, kenapa?" Suaranya lirih diiringi denyut nadi yang menderas.
Genta menelan ludah dan menggeleng berat. "Gue suka Mitya."
Nicole sempat menduga jawaban itu, tapi tetap saja rasanya menyakitkan. Gadis itu tak dapat menyembunyikan mata yang berkaca-kaca di hadapan Genta.
"Dan gue udah coba buka hati gue untuk lo, tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue lagi." Genta mengernyitkan Dahi menatap Nicole gusar.
"A-aku bisa lebih baik lagi, kok, Gen. Aku bakal jadi cewek yang lebih baik lagi untuk lo, cuma memang butuh waktu." Nicole beringsut dan memegang tangan Genta, harap-harap suara hatinya didengarkan.
Hanya saja, Genta menggeleng pesimis dan menarik tangannya.
"Maaf." Laki-laki itu memalingkan wajah dari mata sendu Nicole. "Gue gak mau lo ngabisin waktu untuk gue yang gak bisa ngebales perasaan lo."
Nicole bungkam dan kembali menarik tangannya. Cicitan kutilang pulang dan matahari yang mengarak ke barat, menemani keduanya dalam keheningan yang bisu. Nicole menatap jemarinya yang saling mengait sendu. Ia menggigit bibir dan menghela napas sesaat.
"Aku bakal bantu."
Genta menoleh dengan dahi mengernyit. "Bantu apa?"
"Aku bakal bantu kamu ngedapetin Mitya."
Matanya membulat seketika mendengar ironi yang Nicole ucapkan. "Nic, lo gak harus—"
"Aku bakal bantu, apa pun yang terjadi aku bakal bantu," potong Nicole meyakinkan meski tangannya masih sibuk memilin-milin jari.
Genta meringis sesal mendengarnya. Ia baru saja melukai perasaan seseorang dan sekarang orang itu ingin membantunya. Genta benar-benar tak tahu harus menanggapi Nicole seperti apa. Tak punya pilihan, Genta hanya mengangguk dan berterima kasih pada Nicole.
Nicole memaksakan senyuman seiring hilangnya matahari senja ini. "Pada akhirnya, hal yang paling benar untuk orang yang kita sayang adalah membuatnya bahagia." Nicole berdiri, kemudian dan mengajak Genta pulang.
Lidah Genta kelu mendengar kalimat itu. "Nic, gue minta maaf."
"Gak perlu. Itu cuma kutipan dari bokap dulu. Kutipan konyol." Nicole menggeleng pelan dan kali ini gadis itu yang memimpin jalan pulang, bahkan sampai terlebih dulu di area parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]
Teen FictionSatu SMA dibuat heboh ketika cewek tak dikenal, bernama Nicole, tiba-tiba menyatakan cinta pada cowok populer di sekolah. Mengherankannya, dia diterima. Semenjak itu, Nicole kerap menjadi buah bibir karena sering melakukan aksi udik untuk membuat pa...