Sebelas : Undangan

66 14 16
                                    

Kota ini memang sedikit lebih besar dibandingkan kota tempat Nicole dan Genta tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota ini memang sedikit lebih besar dibandingkan kota tempat Nicole dan Genta tinggal. Kota mereka memang dikenal dengan sistem pendidikan swasta yang mumpuni, tetapi kota ini secara fasilitas lebih lengkap. Terutama sarana prasarana olahraga seperti yang mereka datangi saat ini.

"Gue pernah nonton bola di sini sama keluarga Juno."

"Oh ya?" Detak jantung Nicole berlompatan tatkala mendapati Genta yang berinisiatif memulai obrolan lebih dulu. "Stadionnya lumayan, ya." Nicole tersenyum kagum pada hamparan rumput luas meski lebih takjub pada bangku berdampingan yang akan mereka duduki.

Langit biru tertampil jelas pada atap stadion yang sama sekali tak tertutup. Bangku penonton yang berwarna merah dan biru juga bersih dari sampah karena mungkin persiapan perlombaan.

Ketika duduk di tempat mereka, Nicole mengulas cerita di mana dia dulu kadang memperhatikan Genta dan Juno lomba siapa yang paling jauh lompat di atas pasir. "Ngomong-ngomong, hari ini lombanya hanya lompat jauh dan lari dua ratus meter."

"Sebenernya lo ini dulu merhatiin kami, ya?" tanya Genta untuk kali pertama mengenai Nicole yang serba tahu.

"Kadang-kadang. Aku lebih sering merhatiin kamu."

Genta tak tahu harus merespon seperti apa karena pasalnya dia sama sekali tidak mengenali Nicole di masa kanak-kanaknya.

"Kamu gak tanya?"

"Tanya apa?"

"Tanya tentang kehidupan aku?" Nicole akhirnya menanyakan hal ini. "Tentang bagaimana aku ke kamu, bagaimana kehidupan aku di Hyacinth dulu, giman—"

"Gak tertarik," celetuk Genta kemudian meluruskan pandangan pada pertandingan yang akan dimulai.

Nicole menggigit bibir, mencoba bersabar karena memang agaknya dia terlalu terburu-buru. Gadis itu memutar otak sejenak dan menatap Genta yang mulai fokus pada pertandingannya.

Genta melihat para atlet yang bersiap satu per satu memasuki trek lari menuju box pasir besar. Entah mengapa detak jantung Genta mengencang seketika melihat para atlet lari dan melompat sejauh-jauhnya di dalam box pasir itu.

"Wah!" Nicole bertepuk tangan menyaksikan lompatan demi lompatan itu.

Genta mengerjap beberapa kali. Melihat atlet itu berubah menjadi anak kecil yang tengah berlari percaya diri sebelum melompat jauh di atas pasir dengan sandal kodok yang mendarat terlebih dahulu.

Perlahan senyum laki-laki itu mengembang melihat dirinya yang penuh harap di masa lalu.

"Kapan terakhir kali kamu lompat jauh?" tanya Nicole di sela lomba. Genta melirik sekilas dan menghiraukannya. Laki-laki itu masih tetap dalam posisi sedekapnya.

"Waktu SMP aku pernah ikut lomba lompat jauh dan lari." Nicole bercerita ketika menyadari Genta tak menghiraukannya. "Lombanya di sini."

"Oh, ya?"

Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang