Sepuluh : Bulbul

67 11 6
                                    

Nicole mengulum senyum melihat wajah cemberut pacarnya yang begitu tertekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nicole mengulum senyum melihat wajah cemberut pacarnya yang begitu tertekan. Genta berjalan gontai ke arahnya. Saat ini Nicole tengah duduk di kursi stasiun dan berencana pergi ke kota sebelah yang memakan waktu kurang lebih satu jam menggunakan kereta.

Nicole melambaikan tangan dan mengulum senyum. Seperti dugaannya, Genta hanya datang sendirian. Kemarin, kabar dari tim olimpiade sekolahnya, Bonny dan Mitya gugur di babak semifinal. Secara langsung mengartikan kalau Mitya akan melewatkan hal ini.

Sepertinya para siswa di sekolahnya terkena kutukan semifinal.

"Mana Juno sama Mitya?" Nicole bertanya seramah mungkin dan terlihat kegirangan.

Genta menghela napas panjang dan berdecak. "Juno gak mau ikut. Mitya juga."

"Oh gitu." Sumpah demi apa pun wajah penyesalan yang tengah Nicole tunjukan saat ini, lebih terlihat seperti raut tante jablay menang arisan. "Jadi cuma kita berdua?"

"Ya mau gimana lagi?" Ginta melalui Nicole begitu saja menuju kursi tunggu. Sementara Nicole sendiri melompat senang.

"Nih." Nicole menjulurkan makanan yang ia persiapkan. "Nugget udang kesukaan kamu."

Wajah ngambek Genta berubah seketika. Meskipun begitu, tingkah sok jual mahalnya membuat Nicole semakin gemas. "Gak ah, makanan kami lagi dijaga ketat sama coach."

"Yaudah." Nicole duduk di samping pacarnya, kemudian mengenyami nugget itu sendirian. "Kapan terakhir kali kamu jalan sama nyokap?"

Genta melirik seketika. "Kenapa tanya tentang nyokap gue?"

Nicole tak langsung menjawab. Dia mengedikan bahu. "Kamu selalu menunggu waktu kebersamaan dengan nyokap atau bokapmu, ya kan?

Genta tertegun. Pandangannya mulai menerawang jauh rel kosong yang berseberangan dengan hutan tundra dan belukar. "Gue gak pengen ngomongin sesuatu."

Nicole mengerjap beberapa kali. Ia kemudian kembali menyodorkan kantong nuggetnya pada Genta, tapi hal itu justru membuat tangan mereka bersentuhan. "Dulu kamu kalo naik kereta pasti nyanyi, di pucuk pohon cemara ... burung kutilang berbunyi, bersiul-siul sepanjang hari, dengan tak jemu-jemu ...."

"Mengangguk-angguk sambil berseru, trilili-li-li-li-li-li-li." Tanpa sadar Genta melanjutkan liriknya begitu saja. Senyum miring terukir samar di bibir laki-laki itu. "Itu sudah lama banget," ucapnya dari alam bawah sadar.

Nicole mengeluarkan satu potong nuggetnya dan memberikan secara langsung di tangan Genta. "Gimana sama nyokap kamu sekarang?"

Genta menggigit nuggetnya sekali. Setelahnya ia menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Nicole.

"Bokap?"

"Sama aja," jawab Genta, "sibuk dengan bisnis ilegalnya."

Nicole menyodorkan kantung nuggetnya lebih dalam dan kali ini Genta menyambutnya. "Banyak kenangan indah yang terlewat." Mereka saling bertukar pandang. "Tapi banyak juga waktu untuk mengabadikan momen indah yang tersisa."

Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang