Dua Puluh Empat : Chit-Chat

59 10 2
                                    

Mata Mitya melotot lebar, melihat apa yang tertulis di akun Chit-Chat baru-baru ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Mitya melotot lebar, melihat apa yang tertulis di akun Chit-Chat baru-baru ini. Komentar yang langsung men-trigger lonjakan ujaran kebencian terhadapnya. Satu komentar yang menjadi api, dan langsung ditutupi oleh kepulan asap raksasa dalam bentuk opini. Semua orang tersulut dan menyatukan diri membentuk ombak kebencian yang menghantamnya.

Mitya sudah terlalu lelah akhir-akhir ini. Mengetahui peringkatnya yang merosot jauh sudah cukup membuatnya demam seminggu selama liburan. Hanya Genta yang mendatanginya dan menanyakan kabar. Itu menyulut perasaan pribadi Mitya kepada laki-laki itu. Awalnya ia pikir ada baiknya untuk mulai membuka hati dan menerima perasaan Genta. Dengan begitu segalanya akan lebih baik bagi Mitya.

Ia berpikir demikian awalnya.

Namun ternyata semua orang malah membencinya. Mereka bahkan menyudutkan Mitya persis seperti kejadian make up saat kelas sepuluh kemarin.

Telinga Mitya sudah kebal sebetulnya mendengar cemooh dan hardikan orang-orang. Belum lagi Genta yang selalu ada di sisinya dan juga menebalkan telinga terhadap serangan pasif agresif di SMA Bakti Senja. Mitya bertahan.

Salah satu alasan terbesarnya masih bertahan juga, tak lain karena Nicole nampaknya baik-baik saja dan tidak mempermasalahkan hubungan ini. Nicole tidak menyindir, menyulut ujaran kebencian, atau merisak seperti dulu. Nicole bahkan membantu Mitya dalam beberapa hal.

Jadi, jika Genta dan Nicole tak masalah, untuk apa mempermasalahkan siswa-siswa yang sok dan dipenuhi dendam.

Hanya saja, Mitya lupa seberapa liciknya Nicole. Dia baru saja bertingkah seolah dirinya cewek baik-baik, tapi langsung menusuk dari belakang. Mitya mencengkram gawai dengan mata yang mulai panas.

Segitu obsesifnya dia dengan Juno? Genta yang malang.

Genta sih mau-mau aja. Kalo gue dapet cewek kayak Avril, ogah dituker sama Mitya

Keputusan Juno untuk nolak dia adalah hal yang cerdas.

Kebayang gak gimana psikotiknya dia?

Bukankah orang-orang Roman Avenue memang aneh-aneh?

Mitya mematikan ponsel, dan merasakan bagaimana air matanya jatuh. Ketika Genta mendatanginya, Mitya buru-buru berbalik dan menyeka air mata.

"Mit," panggil Genta lemah. Langkah kaki di atap sekolah itu, terdengar mendekat. Genta berdiri di sebelah Mitya yang tak dapat berbohong jika dirinya sedang menangis. "Kamu nggak apa-apa?"

"Hah?" Mitya melirik Genta sekilas dengan napas yang sengau. "Nggak, nggak papa."

Genta menghela napas berat. Laki-laki itu kemudian menundukkan kepala dan mencengkram pembatas atap gedung. Keduanya diam, membiarkan derasnya angin menerpa rambut masing-masing.

Setelah merasa lebih tenang, Mitya akhirnya buka suara. "Aku heran sama Nicole. Dia berubah setiap saat."

Genta kelu. Tak tahu harus menanggapi apa karena dia memang bersalah pada Nicole, dan juga merasa tak enak hati menempatkan Mitya dalam posisi ini.

Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang