Genta mengernyit bingung dengan perumahan yang dapat ia kategorikan kumuh ini. Di sini Nicole bernaung? Dia tahan tinggal di tempat yang jauh tak berkelas dibandingkan Hyacinth, perumahan terbaik kedua di kota ini? Meski begitu, terbesit kekaguman dalam diri Genta mengingat Nicole tak pernah mengeluhkan tentang rumahnya di hadapan Genta.
Tadi malam, Juno menanyakan hal-hal yang agak aneh tentang Nicole. Genta bahkan sempat bingung kenapa Juno menanyakan sesuatu yang terkesan mirip dengan kecurigaan yang Mitya rasakan pada gadis itu.
Padahal, tidak ada yang aneh. Nicole meneleponnya tadi malam, menceritakan tentang rumahnya yang berlokasi di pinggiran utara kota dan berada di lingkungan kumuh. Itu karena karena ibunya—staff perusahaan biasa—hanya mampu membeli rumah di area sana.
"Kenapa memangnya?" Genta balas tanya akan keingintahuan Juno mengenai Nicole yang terdengar agak aneh.
"Gapapa." Juno mengabaikan. "Kalau ada yang aneh, kasih tahu gue, ya."
Genta mengernyit mendengar suara datar tak bernada laki-laki itu yang justru menyiratkan kekhawatiran.
"Hai!" Nicole melambaikan tangan ketika keluar dari rumahnya. Genta pun berdiri tegap dan membalas lambaian tangannya.
Gadis itu tersenyum sejenak melihat pacarnya yang membawa motor sekuter. Kendaraan yang hampir tak pernah Genta sentuh.
"Asiik naik motor." Nicole tak dapat menyembunyikan perasaan riangnya dan langsung membayangkan jika nanti dia harus mendekap punggung Genta.
"Jangan macem-macem, ya!" peringat Genta seraya menyerahkan helm. Nicole mengerucutkan bibir menerima kilatan itu.
Sebelum Genta menaiki motornya, laki-laki itu meneliti Nicole dengan saksama.
"Kenapa? Aku cantik, ya? Aku dandan soalnya." Nicole salah tingkah akibat tatapan intens dari pacarnya. Namun, Genta justru menggeleng.
"Gue mau tanya sesuatu." Laki-laki itu memastikan dari ekspresi wajah Nicole. "Lo tahu kan, Nic, gue orangnya terus terang?"
"Aku juga."
"Iya, kita berdua sama-sama suka berterus terang. Sekarang gue mau nanya sama lo, Mitya dan Juno akhir-akhir ini bingung. Mereka bilang lo kadang suka bertingkah beda di depan gue, itu bener?"
"Iya bener." Jawaban itu langsung ditanggapi secara pasti.
Genta yang mengira Nicole mungkin mencari-cari alasan, langsung menahan napas. "Agak terlihat aneh ya ...," gadis itu menggaruk tengkuknya, "soalnya gue cuma baik di depan orang yang gue sayang. Terutama lo."
Laki-laki itu bungkam seraya menilik keraguan dari mata gadis setengah pucat itu. Hanya saja, yang ia temui hanyalah keoptimisan dari sana. "Lo juga harus baik ke mereka."
"Aku bukannya jahat ke mereka, aku normal ke mereka. Aku gak bisa samain sikap aku ke kamu juga sama ke mereka. Kamu itu spesial, Genta."
Kalimat terakhir itu benar-benar menendang jantung Genta. Laki-laki itu seakan mati kutu tak berkutik. "Lo gak harus—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nicole Sullivan is A Weirdo [TAMAT]
Novela JuvenilSatu SMA dibuat heboh ketika cewek tak dikenal, bernama Nicole, tiba-tiba menyatakan cinta pada cowok populer di sekolah. Mengherankannya, dia diterima. Semenjak itu, Nicole kerap menjadi buah bibir karena sering melakukan aksi udik untuk membuat pa...