Chapter 13

1.2K 147 25
                                    

Setelah Woozi pulang dari rumah Seungkwan, dia merasakan ketegangan yang menggelayuti di antara dia dan Hoshi. Wajah Hoshi tampak dingin saat dia memasuki rumah, dan Woozi merasakan ketidaknyamanan yang tajam di dalam dirinya.

"Matilah aku." batin Woozi.

"Ke mana saja kau?" Hoshi bertanya, nada suaranya lebih tajam dari yang Woozi harapkan.

"Aku habis pergi ke rumah Seungkwan sebentar untuk mengambil bukuku!" jawab Woozi defensif, merasa perlu membela diri.

Hoshi mendekat dan menatap tubuh Woozi dengan sorot mata yang penuh kecurigaan.

"Kau baunya seperti alpha lain. Apakah kau habis tidur dengan alpha lain?" kata Hoshi, menghirup aroma yang mengganggu hidungnya.

Woozi terkejut dan hatinya bergetar, "Enggak! Itu gak benar! Jangan asal menuduh!" teriaknya, tidak tahan dengan tuduhan yang tidak beralasan itu.

"Apa kau pikir aku bodoh? Kau mengkhianatiku, kan? Katakan padaku!" Hoshi melangkah lebih dekat, suara semakin meninggi.

Woozi merasa marah dan terluka, "Kau gak berhak menuduhku seperti itu! Aku pergi ke sana hanya untuk mengambil buku! Mungkin aroma Vernon menempel di tubuh Seungkwan dan mengenaiku." katanya.

Hoshi menggertakkan gigi, kemarahan menyala di dalam dirinya.

"Berhenti berbohong, Woozi! Aku gak akan membiarkan ini berlalu begitu saja!" geram Hoshi.

"Apakah Hoshi sedang rut? Dia menjadi pribadi yang kejam lagi sekarang." batin Woozi, seperti malam seks pertamanya.

Dengan itu, Hoshi menarik Woozi ke dalam pelukannya, tetapi bukan pelukan penuh kasih. Ini adalah pelukan yang mengekang, memaksanya untuk merasakan tekanan.

"Kau perlu belajar bahwa tindakanmu ada konsekuensinya." Hoshi berkata, suaranya berubah menjadi dingin dan mengancam.

Woozi berjuang untuk melepaskan diri tetapi Hoshi lebih kuat darinya.

"Kau gak bisa terus mengkhianatiku dan berharap semuanya akan baik-baik saja." Hoshi berbisik dengan senyuman psikopat yang menyeringai di wajahnya.

"Hoshi, berhenti! Aku gak melakukan apa-apa! Sumpah!" Woozi berusaha menjelaskan, tetapi Hoshi tidak mendengarnya.

Hoshi melepaskan pegangan dan menarik tubuh Woozi ke ruang tengah, "Ini adalah tempat di mana kau akan belajar untuk menghargai apa yang kau miliki." katanya, menutup pintu dengan keras.

"Jangan, Hoshi! Tolong! Jangan lakukan ini! Sadarlah!" Woozi merasakan ketakutan menyelimuti dirinya dan ia tahu bahwa Hoshi tidak sedang bercanda sekarang.

Hoshi mengabaikan jeritan Woozi dan mulai menyiapkan peralatan dari ruang kerjanya, "Kau akan menyesal telah melanggar aturanku. Dan sekarang, aku akan memberimu pelajaran." dia berkata dengan nada dingin.

Woozi merasa jantungnya berdebar kencang, "Aku berjanji gak akan pergi sendirian lagi! Tolong, jangan lakukan ini!" dia memohon, tetapi Hoshi sudah terlanjur tenggelam dalam sisi gelapnya.

"Gak ada jalan kembali sekarang. Kau harus membayarnya. Ini adalah hukuman untuk pengkhianatanmu." Hoshi menjawab, mengangkat sebuah kayu yang tajam dan menatap Woozi dengan penuh determinasi.

"Aku mohon! Hoshi, jangan!" Woozi berteriak, berusaha berlari ke arah pintu, tetapi Hoshi dengan cepat menangkap pergelangan tangannya, menariknya kembali.

Hoshi mendekat dan wajahnya sangat dekat dengan wajah Woozi, "Satu-satunya cara agar kau bisa bertahan adalah dengan merasakan sakit ini. Kau akan mengerti betapa berartinya diriku." katanya, suara semakin rendah dan berbahaya.

SEVENTEEN : Code Three | SoonHoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang