Bab 4

3.7K 154 1
                                    


"Sebentar lagi boarding, aku off dulu," ucap Cilla menyudahi video call dengan Alyssa. Sahabatnya memberi rekomendasi hotel dan tempat-tempat romantis yang bisa dikunjungi selama di Yogyakarta.

Cilla sengaja tidak bilang pada Radit dia akan datang ke Yogyakarta. Dia ingin bikin kejutan. Dia sudah membayangkan mereka akan menghabiskan waktu di hotel dan spa bersama. Mereka akan kawin lari di Bali.

Cilla siap beranjak dari ketika melihat sosok gempal yang berjalan dengan terburu-buru ke arah dirinya; Andi. Ada satu anak buah yang berjalan di sampingnya.

Sialan, maki Cilla dalam hati. Kenapa si tua bangka itu bisa tahu dirinya ngabur. Dia sudah merencanakan dengan seksama. Kemarin Cilla keluar dari rumah  saat rumah kosong. Anjani dan Tristan libur tiga hari di Semarang dan pulang dengan pesawat malam. Ayahnya pulang di atas jam sepuluh malam. Harusnya surat itu ditemukan ketika dia sampai di Yogyakarta.

"Mbak Cillaaa," teriak Andi dari kejauhan ketika melihat Cilla mengambil langkah seribu. Dia memerintahkan anak buahnya yang tersebar di penjuru Terminal 3 bergerak ke arah target sasaran.

Cilla panik. Dia yakin adu lari dengan Andi dia bisa menang. Pria itu jalan saja kepayahan seperti pingguin nyasar. Namun, kalau bersaing dengan anak buah Andi yang larinya menyamai kecepatan Usain Bolt, dia bisa kalah.

Dua pria berambut cepak dan berseragam hitam mendadak muncul dari berbagai arah. Cilla mempercepat lari sambil mendorong koper. Lorong Terminal 3 yang panjang dengan penuh orang yang lalu berjalan, menyulitkan dirinya berlari.

"Excuse me, sorry, permisi, maaf, " ucap Cilla yang berusaha menyelinap di antara orang-orang yang berjalan santai di travelator.

Mata Cilla kerap menoleh ke belakang melihat bodyguard yang mengejarnya. Dia semakin panik ketika menyadari tidak ada lagi travelator. Dia harus berlari sepanjang lorong Terminal 3 yang luar biasa panjang itu.

Anang dan Dewa berhasil mengejar Cilla. Keduanya menarik koper Cilla dan membuat perempuan itu terjerembab.

Didi ikut berlari ke arah Cilla. Jauh di belakangnya ada Andi. Pria itu berusaha mengejar walau dia merasa sekrup-sekrup di lututnya siap copot. Napasnya kembang kempis. Mulutnya terus mengoceh, memberi perintah pada pada anak buahnya.

"Kalau perlu ikat tangannya," perintah Andi. "Nang, rebut kopernya," tambahnya.

"Dewa, koordinasi dengan Mansyur. Saya dan Didi akan cegat di Gate 26," teriak Andi lagi.

Andi sudah mendapatkan info dari Mansyur, koleganya di bandara. Berkat mereka juga dia mengetahui keberadaan Cilla. Termasuk nomor penerbangan yang akan digunakan.  Mansyur pun berkoordinasi dengan petugas di Gate 26. Kalau Cilla lari ke sana akan mudah ditangkap.

***

Pengumuman pesawat ke Yogyakarta segera boarding bergema di seluruh penjuru terminal.

Samuel meneguk habis teh pahit dengan kepuasan. Kalau perut sudah terisi,perasaan jadi lebih nyaman. Dia bangkit berdiri dan meraih boarding pass. Gate pesawat Garuda ada di paling ujung. Samuel tidak mau berlari-larian karena telat boarding.

Begitu keluar restoran matanya  tertumpu pada keributan di travelator. Terlihat ada orang berseragam hitam yang mengerumuni seorang gadis. Samuel tergelak saat menyadari keributan tersebut diciptakan oleh Cilla. Entah apa kasusnya tetapi kelakukan Cilla yang tertangkap basah macam copet di terminal sungguh menghibur. Gadis itu berteriak histeris sambil menendang-nendang kaki seorang pria yang memegang tangannya.

'Gate 26 sudah dibuka. Sekali lagi kepada seluruh penumpang Garuda dengan nomor penerbangan GA 204 ke Yogyakarta diharapkan segera boarding.'  Pengumuman  bergema ke seluruh terminal.

Spicy Sweet Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang