Samuel dan Cilla berjongkok dibalik meja cucian yang berdebu. Mereka bersembunyi di konter kosong yang siap disewakan.
"Aku cape lari-lari enggak jelas bantuin kamu," keluh Samuel sembari menyandarkan tubuh di tiang.
Cilla menendang kaki Samuel dengan kesal.
"Naik kereta api ide dari kamu juga. Kamu yang milih kafe tempat kita nunggu. Kalau tadi langsung masuk ke dalam peron, pasti selamat," maki Cilla.
"Aku yang harusnya marah. Kenapa mereka bisa tahu kita ada Gambir?"
"Pak Andi koneksinya di mana-mana. Kita harus hati-hati. Enggak boleh keliatan di tempat terbuka. Ini jelas salah kamu," tukas Cilla yang tidak rela disalahkan.
Stasiun kereta bukan tempat yang pernah didatangi Cilla. Dia sebenarnya kaget juga Andi sampai tahu mereka ada di Gambir. Dia terlalu meremehkan si tua bangka itu. Benar-benar sinting jaringan koneksi pria tua itu. Cilla harusnya lebih waspada dan tidak memilih duduk yang mudah terlihat orang banyak.
"Alasan," balas Samuel geram.
Samuel kembali mengintip keluar. Mata tajam sejumlah sekuriti menunjukan kalau mereka dapat komando dari atas untuk mencari dia dan Cilla.
Didi ikut berkeliling sambil melongok ke semua restoran dan kafe yang ada di sepanjang lorong stasiun Gambir. Sulit untuk melarikan diri.
"Kita lebih baik menyerah. Aku bisa reschedule meeting di Jogja." Samuel mengambil keputusan.
"Kamu enggak jadi ke Jogja?" Cilla terkaget.
Samuel merasa cape kejar-kejaran terus sejak di bandara. Bu Wanda pun belum pasti mau menemui di Jogja. Kalau dihitung-hitung banyak rugi daripada untungnya di berangkat ke kota itu.
"Kamu mending nurut kata Pak Andi. Bicara dengan ayah kamu baik-baik. Kamu bisa ketemu pacar kamu lain waktu," usul Samuel.
Cilla cemberut dan menggelengkan kepala.
"Kamu harus bantuin aku," tukas Cilla.
"Kenapa harus?" tanya Samuel emosi.
"Kamu mau dituduh menculik aku," jawab Cilla dengan suara kalem.
'Hah? AKu udah bantuin kamu. Jangan sembarang, ngomong," protes Samuel.
"Kalau bantuin jangan setengah-setengah. Kita belum sampai ke Jogja."
Samuel mengeram pelan. Perempuan ini memang nekat. Wajah perempuan itu tidak hanya merengut. Rahangnya terkatup rapat. Matanya melotot tanpa berkedip menatap ke arah Samuel macam siap bertempur hingga tetes darah penghabisan.
"Kita udah enggak jalan lain. Aku lebih baik menyerahkan kamu sama Pak Andi. Aku bisa minta imbalan sudah menangkap kamu,"ucap Samuel dengan suara pasrah.
"Kamu enggak takut dituntut? Kamu udah bikin Pak Andi jatuh kayak gitu?" Cilla berusaha mencari celah.
"Tapi,kan, aku bantuin kamu. Orang-orang banyak yang lihat."
"Tetap saja kamu bikin tindakan kekerasan."
Samuel mengeram pelan. Apa yang diucapkan Cilla ada benarnya. Kalau ada orang yang merekam, terlihat jelas dia sengaja menendang kursi sampai Pak Andi terjatuh. Bagaimana kalau pria tua itu melaporkan dia ke polisi. Dia bisa diseret ke polisi. Belum lagi namanya akan semakin tercoreng di HRD.
Cila menatap Samuel yang mulut mencong ke kiri dan ke kanan karena sibuk berpikir. Dia khawatir kalau pria ini serius menyerahkan pada pengawal pribadi ayahnya. Cilla harus putar putar otak agar tetap sampai ke Jogjakarta. Menilik Samuel sangat perhitungan dan agak matre, dia harus memberikan tawaran yang menggiurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spicy Sweet Love (Completed)
أدب نسائيCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Pricilla Kamaniya Sumadipraja, 26 tahun, anak penguasaha terkemuka/ pemilik coffee shop/sosialita terkenal di Jakarta kabur dari rumah demi mengejar kekasih...