Bab 30

2.6K 146 8
                                    

Cilla keluar dari kamar mandi. Samuel sudah tertidur lelap. Pria itu tidak mandi dan ganti baju. Kalau kemarin dia merasa tidak enak hati sudah menyeret Samuel melakukan road trip, kini rasa bersalah itu  semakin besar.

Cilla menggigit bibir sambil memegang gagang telepon. Dia menimbang-nimbang. Apakah  perlu menelepon ayahnya sekarang juga dan bilang Samuel bukan penculik. Namun, bagaimana dengan rencana kawin lari bersama Radit. Tinggal selangkah lagi mereka akan bertemu.

Pada akhirnya Cilla hanya menelepon Radit. Setelah tiba di Jakarta dia berjanji  tidak hanya akan menghubungi HRD tetapi juga ayahnya. Dia wajib membersihkan nama Samuel.

"Babe," Cilla memanggil Radit ketika terdengar nada sambung dari seberang.

"Cilla, my love. Kamu di mana? Kamu enggak apa-apa?" suara Radit terdengar khawatir.

Daffa yang sedang menonton buru-buru mematikan televisi. Dia menempelkan telinga ke dekat Radit. Sebagai manager dia harus tahu di mana Cilla berada.

"Aku enggak apa-apa."

"Papi kamu bilang kamu diculik yang namanya Samuel. Siapa itu?  What's going on, Cilla?"

"Papi ngarang. Aku enggak diculik. Enggak ada yang namanya Samuel," bantah Cilla dengan cepat.

"Kamu enggak diculik?" Radit kebingungan.

Radit mencium sesuatu yang aneh. Suara Cilla sedikit bergetar tetapi dia tidak mau banyak berpikir lagi. Yang penting dia sudah tahu keberadaan pacarnya.

" Aku enggak tahu Papi dapat info dari mana soal penculikan. Itu berita bohong."

"Apa  benar kamu kabur ke Jogja? Aku coba telepon kamu tapi enggak nyambung. I'm so worried. Aku takut kamu celaka atau sakit," ucap Radit masih kebingungan.

"Handphone aku hilang," jawab Cilla.

"My God. Sudah kamu urus? " tanya Radit.

"Don't worry. Aku enggak butuh handphone, aku cuma butuh kamu," jawab Cilla.

"Lalu sekarang  kamu di mana?"

"Aku udah di Jojga, di hotel. Miss you so much,"

"My love, my babe. Aku juga kangen banget tapi kamu enggak perlu ke Jogya. Aku kan bilang aku mau healing. I need a me time."

"Aku kangen banget. Aku sebal sama Papi. Dia bilang aku harus mikirin lagi hubungan dengan kamu. Aku eneg diatur-atur terus. Aku pengin bebas. Kita kawin di Bali aja."

"Pasti kita bakal kawin, babe. You know I love you. I want you to be my wife."

Cilla tertawa bahagia. Radit mengerti apa yang diinginkannya.

"Maksud aku, kita besok ke Bali aja buat kawin. Enggak perlu nunggu Papi atau keluarga kamu. Cuma kita berdua," ucap Cilla.

"Kawin ke Bali?" ulang Radit kaget.

"Yes, babe. Kita kawin lari aja ke Bali. Jauh dari papi dan body guard-nya. Kita enggak akan diawasi. Kita bisa hidup sesuka kita. Impian kamu buat tinggal di Bali bisa terwujud."

Radit terdiam. Dia pernah mengidam-idamkan kehidupan yang 'everday is sunday' di Bali. Namun, setelah mendapat telepon dari Pandu, pikirannya berubah. Dari suara Pandu yang putus asa itu Radit melihat adanya peluang menarik simpati. Sesuatu yang sudah lama dia dambakan. Dia butuh restu dari Pandu kalau ingin menjadikan Cilla sebagai istri. Sebelum itu, dia harus membujuk Cilla pulang ke Jakarta.

Spicy Sweet Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang