Bab 12

2.6K 149 2
                                    


Mobil baru memasuki tol Cawang. Dari balik kaca spion Samuel mengawasi mobil-mobil di belakang. Tidak ada tanda-tanda kalau mereka dikejar oleh anak buah Andi. Senyum tipis terulas di wajah . Perjalanan ke Jogjakarta lewat jalan darat ini berjalan mulus.

Cilla mengipas-ngipas tubuh dengan brosur yang ditemukan di laci mobil. Matahari sudah terbenam. Langit perlahan berubah berwarna jingga  dengan semburat kebiruan. Sudah lama dia tidak melihat langit Jakarta yang cantik. Barangkali ini pertanda perjalanan ke Jogjakarta akan baik-baik saja. Situasi jalan tol yang padat merayap membuat keadaan dalam mobil jadi panas. Dia berusaha memperbesar volume AC. Sayang saja yang keluar hanya angin sepoi-sepoi.

"Panas banget,"kata Cilla sambil membuka sedikit kaca mobil.

"Sorry, AC mobil enggak dingin. Kamu pake AC yang lain aja," ucap Samuel.

"AC yang lain?" Cilla bingung.

Samuel membuka kaca mobil lebih lebar dan berkata," Angin Cejuk."

"Enggak lucu," cetus Cilla sambil melotot.

Cilla menatap baik-baik suasana dalam mobil. Selain dari kemeriahan yang diciptakan oleh interior serba One Piece, kondisi mobil sedikit menyedihkan. Kulit jok lusuh dan mengelupas di sana sini. Kalau dia bergerak sedikit saja mengeluarkan bunyi berderit-derit. Ketika melewati jalan lubang, mobil bergoyang ke kiri dan ke kanan akibat suspensi yang kendor. Bokongnya macam duduk di atas paku. Kotak tisu bergerak-gerak sendiri saat Samuel membelokan mobil. Cilla mengkhawatirkan keselamatan mereka.

"Ini mobil tahun berapa? Aman enggak sampai kita ke Jogja?" tanya Cilla sedikit cemas.

"Udah lama tapi aman. Aku dulu pernah bawa ini juga ke Jogja," jawab Samuel yang  menolak menyebutkan secara jelas umur mobil.

Cilla mengangguk pelan. Dia tidak boleh cemas berlebihan. Tujuannya adalah ketemu dengan Radit. Dia sendiri yang meminta pria itu untuk mengantar sampai ke tujuan.

"Maklum aja. Ini mobil second. Lumayan daripada bolak balik naik kendaraan umum pas ketemu klien. Lebih praktis."

"Bukannya ada mobil kantor?"

"Ada tapi sering rebutan sama anak marketing yang lain. Punya mobil sendiri lebih enak. Kadang duit bensin ada reimbushment dari kantor. Hemat," ucap Samuel.

"Dasar kamu perhitungan."

"Harus. Jaman sekarang jadi orang enggak boleh terlalu baik. Bisa dimanfaatkan dan dibohongin," seloroh Samuel.

Cilla tertawa pelan.

"Kamu mau aku bayar berapa? Kita belum bahas bayaran kamu?"

Samuel menyurengkan dahi. Dia harus minta bayaran yang mahal mengingat membawa anak bos besar tetapi dia belum terpikirkan. Selain menghitung bensin, bayar tol, ongkos mental pun perlu dihitung.

"Nanti aku hitung detil bensin, ongkos cape belum lagi kalau nanti kamu makan dan lain-lainnya." 

"Aku makan bayar sendiri. Yang lainnya bisa kamu hitung, nanti aku bayar," ucap Cilla enteng.

Samuel tergelak mendengar jawaban Cilla yang pede. Anak sultan berbeda. Demi mengejar cinta, mengeluarkan duit sebanyak apa pun tidak perlu banyak pertimbangan.

"Kenapa bodyguard ayah kamu sampai ngejar-ngejar kamu terus? Apa kamu bawa lari uang ayah kamu buat modal kawin lari?"

"Papi aku itu overprotective. Dia senang ngatur-ngatur kehidupan aku. Cari pacar aja diatur. Aku enggak suka, ya aku ngabur." 

Spicy Sweet Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang