Mobil sudah keluar dari Cirebon. Pemandangan pusat kota tergantikan dengan pemandangan khas pinggir kota. Billboard ukuran raksasa berganti dengan bilboard ukuran lebih kecil. Beberapa iklan daerah yang dipasang di situ terasa asing. Sepanjang jalan berjajar tiang listrik dengan kabel yang lintang pukang. Kiri dan kanan jalan berderet toko atau warung yang berhiaskan spanduk dan rumah sederhana berpagar pendek. Mobil mereka kerap disalip bus atau motor dengan boncengan penuh kardus. Beberapa truk barang dengan terpal tebal melintas.
Cilla melirik ke arah Samuel. Pria itu memajukan tubuhnya ke depan setir macam mencari sesuatu.
"Kita nyasar?" tanya Cilla.
Samuel mengeleng kepala dengan cepat. Dia sedikit ragu. Seingatnya mereka cukup jalan lurus saja mulai dari jalan Raya Panturan keluar dari Cirebon, melewati jalan Raya Pantura Brebes. Namun, ketika di persimpangan lampu merah Samuel ragu. Dia hanya mengikuti truk barang. Belum terlihat ada tulisan atau gapura selamat datang yang menunjukan di kabupaten apa mereka berada.
"Kita di mana sekarang?" tanya Cilla semakin curiga.
Biasanya Samuel akan dengan fasih menjawab daerah yang dilewati.
"Brebes, sepertinya."
"Sepertinya? Kalau salah jalan gimana?"
"Aku hapal jalur Pantura." Samuel masih ngotot tetapi kecepatan mobil mendadak jadi melambat.
"Kita harus pakai goggle map. Pakai handphone."
Samuel melotot dan berkata," Jangan cari alasan. Kamu udah pengin buka handphone kan."
"Dari pada nyasar dan muter-muter. Dari kemarin malam kita enggak dikejar-kejar lagi anak buahnya Pak Andi. Kita aman."
"Aku pasti tahu jalan," ucap Samuel masih ngotot.
Cilla merengut. Dasar laki-laki. Egonya bisa terusik kalau dibilang tidak tahu jalan.
"Kamu bisa buka handphone kamu bukan handphone aku," ucap Cilla.
Samuel menoleh sebentar ke arah Cilla macam mempertimbangkan usulan itu. Dia mengambil ponsel dari kotak dekat kopling. Ponsel dinyalakan dan mengecek Google map. Cilla ikut mengintip.
"Posisi kita di mana?"
"kita masih di Pantura Brebes sebentar lagi masuk ke Tegal, " ucap Samuel dengan lega.
Samuel siap mematikan ponsel ketika Cilla berucap," Aku yang pegang handphone kamu. Jaga-jaga kalau nyasar lagi."
Ekspresi Cilla dengan mata penuh harap macam anak anjing yang terinjak kakinya membuat Samuel tidak tega. Sebagai sosialita yang setiap hari selalu posting media sosial, dua hari tidak pegang ponsel rasanya tentu aneh. Sebenarnya Samuel juga butuh ponsel. Dia menunggu kabar dari Citra.
"Kamu boleh pegang handphone aku. Jangan bukan-buka Instagram. Boleh buka website atau google map aja," tegas Samuel.
Cilla mendengus sebal tetapi dia tidak protes. Sejauh ini perjalanan mereka lancar dan dia menikmatinya. Taktik Samuel menjauhi media sosial cukup ampuh. Anak buah Andi tidak bisa melacak keberadaan mereka.
Samuel melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Tangannya dengan lincah mengerakan kopling. Gerakannya mantap dengan memunculkan urat-urat di sepanjang lengan. Dari perawakannya menunjukan Samuel penggemar olah raga.
"Kamu pasti anak gym." Tanpa sadar Cilla berceletuk.
"Hah? Kenapa kamu nanya kayak gitu," Samuel balik bertanya.
"Badan kamu oke juga."
Samuel mengangkat alis tinggi-tinggi. Dia terkejut dengan celetukan Cilla. Gadis yang punya pacar dengan badan macam model itu mau memberinya pujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spicy Sweet Love (Completed)
Chick-LitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Pricilla Kamaniya Sumadipraja, 26 tahun, anak penguasaha terkemuka/ pemilik coffee shop/sosialita terkenal di Jakarta kabur dari rumah demi mengejar kekasih...