Bab 22

2.5K 132 12
                                    

"Kita isi bensin dulu," ucap Samuel sambil membelokkan mobil ke SPBU.

"Aku juga kebelet," kata Cilla.

Cilla meloncat keluar dari mobil dengan cuek. Samuel bisa merasa gadis itu sangat menikmati pelarian ini. Dia pun menikmati tetapi dia harus tetap waspada. Bagi Cilla kalau rencana ini gagal, mudah saja gadis itu kembali pada kehidupannya. Sementara dia, tidak seperti itu. Samuel akan diincar HRD. 

Sambil menunggu, Samuel membuka ponsel. Kalau sesuai janji, harusnya Citra akan memberi kabar meeting dengan Bu Wanda.

"Halo Citra, ini Samuel," ucap Samuel.

"Aduh, Mas Samuel. Aku ndak bisa kasih update terbaru. Udah sampai di Jogya ya."

"Aku tetap enggak bisa ketemu Bu Wanda hari ini?" tanya Samuel. Dia sengaja tidak menjawab pertanyaan Citra.

"Kalau hari ini ndak mungkin. Rencanannya Mas Samuel berapa hari di Jogja?"

"Sekitar dua atau tiga hari. Kalau besok gimana Cit? Kebetulan aku hari ini ada meeting dengan klien lain." Lancar saja Samuel berbohong. Sebagai anak marketing yang setiap hari berjualan produk, bohong kecil-kecil sudah jadi makanan sehari-hari. 

"Kemungkinan besok sore bisa, Mas. Tadi Ibu membatalkan satu meeting. Aku bisa selipkan untuk Mas Samuel," ucap Citra sedikit ragu. Bosnya tidak bilang apa akan ketemu Samuel atau tidak tetapi dia akan membujuk. Citra merasa kasihan sekaligus cape menghadapi telepon dari Samuel.

"Aku tunggu lho," ucap Samuel.

"Aku udpate lagi besok pagi."

Kalau Samuel  bisa menggolkan perjanjian ini sekaligus mengantar Cilla bertemu pacarnya, dia akan meraih keuntungan. Karier di HSG  pun terselamatkan. 

"Buka Instagram ya." Tembak Cilla dari belakang.

Samuel melotot dan segera menunjukan layar ponsel.

"Ada kabar dari klien kamu? Meeting hari ini jadinya gimana?"tanya Cilla mendadak ikut cemas.

"Kemungkinan fifty fiffty ketemu sama Bu Wanda besok."

Cilla tahu betapa berarti meeting Bu Wanda dengan Samuel. Sementara pria itu kerepotan membantu dirinya.

"Aku enggak apa-apa," ucap Samuel ketika melihat raut wajah prihatin Cilla. 

"Benar kamu enggak apa-apa? Harusnya kamu kerja bukan nemenin aku ngabur dari Pak Andi."

Samuel mengangkat bahu dan berkata," Yah, sudah terlanjur."

Cilla melotot sambil memukul lengan Samuel dengan kesal.

"Aku rasa ada berkah terselubung dari perjalanan ini. Aku udah lama enggak road trip. Sekalian refreshing," ucap Samuel. 

Lepas dari kekhawatiran soal meeting dengan Bu Wanda, perjalanan kali ini membangkitkan kembali jiwa petualang Samuel yang semasa kuliah sering melakukan perjalanan spontan. Setelah bekerja rencana liburan Samuel  selalu diatur jauh-jauh hari. Diskusi dulu dengan bosnya, cek jatah cuti, cek target kerja dan tetek bengek  lainnya.

"Aku juga terakhir road trip sama Mami waktu SD. Seru banget."

"Jalur Pantura memang bikin kangen," ucap Samuel.

"Bisa enggak kita santai sedikit jalannya. Aku masih pengin videoin kota-kota yang kita lewati."

"Heh!  Ini bukan piknik." Samuel mengingatkan. 

Cilla terkikik-kikik. 

"Pak Andi enggak bakal ngejar kita kan?" tanya Cilla.

"Entahlah. Kalau kamu bilang dia punya banyak koneksi, kita tetap harus waspada. Coba kita lihat berita online. Semoga waktu kita dikejar di tol enggak viral," jawab Samuel.

Spicy Sweet Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang