emm... gimana ya?

1.7K 171 21
                                    

Beomgyu terbangun, matanya menerawang pada kamar yang dirasa asing kemudian meringis setelah sadar akan keberadaannya. Tangan Soobin yang melingkar pada pinggangnya ia singkirkan, Beomgyu memilih duduk dan membenarkan piyamanya yang kini mengekspos bahu sebelah kirinya. Wajahnya bersemu, ia total malu setelah berhasil mengingat kejadian tadi malam.

Bagaimana dia bisa hilang kendali seperti itu dan berakhir dituntun oleh Soobin menjadi pihak bawah.

Tidak, tidak ini tidak benar! Apa yang sudah aku lakukan!!!

Beomgyu terus merutuki kebodohannya sampai ia tak menyadari kalau Soobin sudah bangun.  Si manik biru itu kini sudah ikut duduk mendekat ke arah Beomgyu.

"Selamat pagi yang mulia." ucapnya, kemudian mengecup pipi Beomgyu tiba-tiba setelah itu mengelus pipi bersemu itu dengan sebelah tangannya. "Apa yang sedang anda pikirkan yang mulia?" tanya Soobin.

Beomgyu masih terpaku di tempat, nafasnya tercekat seiringan dengan mulutnya yang dirasa kaku. Beomgyu seakan sulit untuk berbicara.

"Apa pelayananku semalam memuaskan?" tanya Soobin sambil mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Beomgyu, menghirup aroma kaisar itu. "Aku menyukai aroma tubuh anda yang mulia." Soobin terus saja menghirup lehernya dan tangannya kini sudah melingkar di pinggang Beomgyu.

"S-soobin." panggil Beomgyu, tangannya mendorong tubuh Soobin agar menjauh. "Sudah cukup Soobin. Jangan mendekatkan wajahmu ke leherku lagi."

Soobin menjauhkan wajahnya, matanya kini beralih menatap Beomgyu.

"Maafkan saya yang mulia, saya tidak bermaksud membuat anda tidak nyaman." ucapnya dengan wajah bersemu, tangan besarnya itu kini beralih untuk membenarkan surai Beomgyu yang acak-acakan.

Beomgyu terlihat gugup kali ini, ia terlihat mungil sekali di dekat si manik biru. Kemana hilangnya wibawa dan keangkuhan Beomgyu? Kemana perginya sikap memerintahnya? Beomgyu bingung dengan dirinya sendiri.

"Soobin aku harus pergi sekarang, ada hal yang harus aku kerjakan pagi ini. Maaf tak bisa berlama-lama denganmu disini." Beomgyu tersenyum canggung dan dibalas Soobin dengan senyum manis nan menawan miliknya. Kaisar muda itu kini sudah beranjak dari kasur hendak pergi dari kamar Soobin.

"Saya akan antar sampai depan yang mulia." tawar Soobin, Beomgyu menggeleng. "Tidak usah."

"Tapi yang mulia tak baik kalau aku tak mengantarmu sampai pintu utama harem." Soobin buru-buru mengambil jubah tidurnya, ia memakainya dengan cepat sebelum Beomgyu berjalan semakin jauh.

Beomgyu mempercepat langkahnya dan Soobin di belakang sana berlari kecil sampai dirinya kini bersisian dengan Beomgyu. Laki-laki bermanik biru itu tersenyum setelah sampai depan pintu kamarnya kemudian membuka pintu kamar itu mempersilahkan Beomgyu keluar dari kamarnya lebih dulu.

Beomgyu merutuki Soobin yang tak menurut. Niatnya keluar sendiri sebenarnya ingin bersembunyi dari selir lain, ia tak mau ketahuan tidur di kamar Soobin dimalam pertamanya. Namun sepertinya niatnya itu tak berjalan mulus karena kini ia melihat Taehyun yang tengah berdiri di halaman depan kamarnya.

Taehyun menatap Beomgyu dan Soobin  yang baru saja keluar dari kamar, menatap keduanya heran sebelum memasang tampang datar yang kentara terlihat kesal. Selirnya yang arogan itu kini menghampiri Beomgyu dan Soobin.

"Selamat pagi yang mulia, semoga matahari Belavia selalu memberkati anda." sapanya dengan senyum tipis yang terlihat dipaksakan. Matanya menatap tajam pada Soobin, dia kini seperti Serigala yang melihat buruannya. Beomgyu tak suka suasana mencekam ini.

"Aku kira yang mulia tidak mengunjungi harem di malam pertama, ternyata yang mulia meniduri si mata biru itu duluan."

"Tuan Taehyun aku punya nama, namaku Soobin." timpal Soobin.

Beomgyu Harem | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang