11

27.8K 2.5K 18
                                    

Victor membawa masuk kompres juga salep luka yang tadi Julia bawa sesuai perintahnya, dia duduk di dekat Noel.

"Bagaimana tubuh mu ?" Tanya Victor karena sejak tadi pagi Noel terus saja diam.

Noel meremas seprei kasur.
"Tuan, aku-.. "

Victor menghela nafasnya berat.
"Harus berapa kali ku katakan, panggil saja nama ku" ujar Victor.

Noel berbalik menatap Victor.
"Tapi aku tidak bisa memanggil nama anda, tolong ijinkan aku tetap memanggil mu dengan panggilan hormat itu"

Akhirnya Victor mengalah.
"Baik, aku tidak akan memaksa mu bila kamu tidak merasa nyaman tapi.." perlahan Victor mendekat, dia menatap lekat tepat di mata Noel.

" ..saat kamu siap menerima ku di hati mu, tolong panggil nama ku saja ya karena kita sudah menjadi pasangan seumur hidup"

Rona merah muda tipis terlihat di kedua pipi Noel.
"Um, ba-baik" Noel mengangguk pelan.

Victor mengusap pelan pucuk kepala Noel.
"Berbalik lah, biar ku lihat luka mu"

"Ah, ti-tidak apa-apa tuan.. aku merasa tubuh ku sudah membaik!"

"Bagus lah, tapi aku perlu mengobati luka dan mengompres pinggang mu" Victor mendorong pelan tubuh Noel agar membelakanginya yang membuat Noel mau tidak mau harus menurut.

Perlahan Victor menarik selimut yang sejak tadi menutupi tubuh Noel tapi tidak sepenuhnya terbuka hanya memperlihatkan pinggang Noel saja.

Victor menaruh kompres hangat tadi di pinggang Noel, Noel tersenyum tipis karena rasa hangat itu membuatnya merasa nyaman.

Mata Victor beralih pada area leher Noel, dia bisa melihat luka gigitannya disana. Victor mengambil salep lalu mengoleskannya di leher Noel.

"Um!" Noel meremas seprei kasur saat obat tadi menyentuh lukanya.

"Sakit ?" Tanya Victor.

"Rasanya sedikit perih" jawab Noel.

"Jangan khawatir, lukanya akan mengering dua atau tiga hari.. kalau ada keluhan lain katakan pada ku jangan hanya diam, aku tidak mau kamu sakit"

"Terima kasih tuan"

Victor mengusap pelan rambut Noel.
"Ini memang sedikit terlambat untuk ku bertanya, tapi apa ada hal yang sangat kamu inginkan ?"

Noel melihat kearah tirai jendela kamar yang bergerak melambai-lambai tertiup angin.
"Kalau ku katakan, apakah tuan mau mengabulkannya ?" Tanya Noel.

"Apapun itu selama aku mampu"

Noel meremas selimutnya.
"Sejujurnya aku ingin bebas tapi sepertinya sangat mustahil terlebih kita sudah menjadi pasangan.. " senyum lirih terlihat di bibir Noel, dia berbalik menatap Victor.

"Kamu tau sendiri jawabannya" ujar Victor.

Noel menyentuh tangan Victor di rambutnya.
" ..kalau begitu, ijinkan aku bersekolah lagi.. aku belum menyelesaikan sekolah ku saat ayah menjual ku, aku mau lulus walau pun hanya tamat SMA"

Victor terlihat berpikir, sekolah adalah tempat yang berbahaya bagi Noel tapi Victor tidak ingin Noel terus-terusan terlihat sedih kalau dia mendapat penolakan.

Akhirnya Victor meminta satu hal pada Noel.
"Kamu boleh bersekolah lagi.. " kata Victor yang langsung mengukir senyuman bahagia di bibir Noel.

" ..tapi dengan satu syarat"

"Apa itu tuan ?" Tanya Noel.

Victor menyentuh bibir Noel.
"Aku yang akan memilih sekolah untuk mu dan aku mau kamu memakai pelacak yang nanti terpasang di kalung pelindung mu.. kamu masih mau sekolah dengan syarat dari ku itu ?"

"Apa anda tetap mengawasi ku seolah aku akan kabur padahal anda tau sendiri aku tidak akan bisa lari dari mu tuan ?"

Victor menekan-nekan bibir bawah Noel, "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia kita, bahkan aku pun tidak tau ada bahaya apa yang akan datang menimpa mu nanti, karena itu aku perlu memasang pelacak pada mu Noel.."

"Tapi tetap saja, kehidupan ku sangat terbatas" Noel mengalihkan matanya kearah lain.

"Apa kamu berubah pikiran untuk sekolah lagi ?" Tanya Victor.

Noel menghela nafasnya berat lalu menatap serius Victor.
"Aku mau sekolah, tolong aku tuan"

Victor tersenyum lalu mengusap pelan pucuk kepala Noel.
"Aku akan mengurus semuanya, tenang saja"

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Sweet Seventeen (BL Omegaverse 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang