17. Salah Tingkah
Setelah pembelajaran selesai, Ayla dan ketiga sahabatnya tidak langsung pulang. Mereka melakukan aktivitas tambahan yang sekarang harus menjadi rutinitas setiap hari sepulang sekolah—Cheerleader—ekskul yang Ayla setujui untuk bergabung waktu itu.
Kalau ditanya ia senang atau tidak? Jawabannya tentu saja senang.
Cheerleader adalah ekskul favorit Ayla sejak masih duduk di bangku SMP kelas satu. Disaat itu juga ia mengenal Leona, Jessica, dan Metta yang sekarang menjadi sahabat terbaiknya.
Tapi mungkin semangat membara yang dulu ia miliki saat berlatih harus hilang saat latihan yang sekarang ia lakukan harus dipimpin oleh orang yang tidak ia sukai. Mauren—Ketua Cheerleader—itu dari tadi terus saja mencela setiap gerakan yang Ayla lakukan.
"Lo bisa main gak sih? Kalau gak bisa ngapain masuk ekskul ini?!" pekik Mauren memarahi Ayla.
Ayla memilih untuk tidak menanggapi setiap kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu. Ia menahan semua amarahnya yang bisa meledak kapan saja.
Entah sudah berapa kali gadis itu membentak Ayla. Ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat. Jelas-jelas ia sudah melakukan semuanya dengan benar, bahkan sebelumnya Bu Mala—Pembina ekskul cheers—selalu memuji setiap pergerakan yang Ayla lakukan. Tapi setelah latihan diambil alih oleh kakak kelasnya itu, ia malah jadi lebih sering disalahkan.
"Ayo semuanya semangat!" Bu Mala sudah kembali lagi ke lapangan yang sebelumnya pergi karena ada urusan dengan kepala sekolah.
"Sebelumnya kalian merapat dulu kemari. Kita akan melakukan perombakan kecil."
Semua anggota cheers langsung berkumpul untuk mendengarkan instruksi selanjutnya dari pembina mereka.
"Dari hasil pengamatan saya selama kalian latihan, saya sudah memutuskan bahwa kita akan melakukan perubahan posisi. Ini sudah diperhitungkan secara baik-baik. Mauren yang sebelumnya sebagai flyer one sekaligus leader akan tukar posisi dengan Ayla selaku flyer two. Kemudian—"
Ucapan Bu Mala terpotong kala Mauren melakukan protes. "Gak bisa gitu dong, Bu. Dari awal saya leader di sini. Cuma karena anak baru itu Bu Mala jadi tukar posisi saya gitu aja tanpa persetujuan saya sama sekali. Ini gak adil!"
"Saya tadi sempat mengamati kegiatan kalian dari jauh. Ayla sudah melakukan gerakan dengan sangat baik tapi kamu masih saja menyelanya. Padahal kesalahan ada di kamu. Waktu yang kamu habiskan untuk marah-marah terambil lebih banyak dibanding waktu latihan, itu sangat tidak profesional. Dan kamu sendiri tahu kalau saya tidak suka itu!"
Penuturan Bu Mala tadi mampu membungkam Mauren. Semua murid di sana pun setuju dengan apa yang pembina mereka ucapkan. Latihan jadi berantakan hanya karena Mauren.
"Baik kembali lagi dengan yang awal. Untuk flyer kita akan tambah satu lagi. Yang awalnya empat flyer jadi lima. Dan flyer tambahannya adalah Leona," lanjut Bu Mala.
Leona senang bukan main. Dari awal ia ingin menjadi flyer tapi malah ditempatkan diposisi bases. Sebenarnya Ayla tidak tega dengan Mauren tapi percuma juga jika ia melakukan protes karena itu sudah keputusan mutlak dari pembina mereka.
"Ayo semangat! Karena sepuluh hari lagi akan ada pertandingan basket antar sekolah dan sekolah kita terpilih sebagai tuan rumah. Untuk itu kalian harus berlatih keras, karena kita akan ikut serta memeriahkan acara. Sekaligus menunjukkan bahwa tim cheerleader kita adalah yang terbaik. Semuanya mengerti?!"
"Siap, mengerti!"
"Silahkan kembali ke lapangan."
Semua anggota cheers mulai berlatih dari awal. Terpantau sekarang latihan mereka jadi lebih baik dari sebelumnya dibawah pimpinan Ayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTER
JugendliteraturIni cerita tentang seorang lelaki dingin, cuek, pintar dan tampan, namun akan menjadi iblis tak punya hati jika sudah di jalanan. Tidak pernah tertarik dengan a relationship remaja pada umumnya. Badboy, namun tetap menjadi kesayangan para guru. Alis...