22. Baper

2.2K 80 26
                                    

22. Baper

Ayla tengah berbaring di kasur uks sendirian. Jangan tanya dimana ketiga sahabat gadis itu, karena Ayla yang menolak mereka untuk menjaganya. Menurutnya ini hanya masalah kecil yang tidak harus menyusahkan orang lain.

Ayla menatap langit langit ruangan uks tersebut, tidak tahu apa yang sedang gadis itu pikirkan. Mimik wajah yang awalnya sedikit cemas seketika berubah menjadi mengeras menahan marah. Jari-jari tangannya pun mengerat pada sprei kasur membuat lukanya terasa semakin perih.

"Awwh."

Ayla meringis kuat menahan sakit. Namun atensinya beralih pada pintu uks yang dibuka entah oleh siapa.

"Siapa?"

Tidak mendapat jawaban sama sekali. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Ayla membuka tirai yang menjadi penghalang bilik kasur.

Gadis itu menemukan seorang pria yang sedang membelakanginya. Ayla tidak tahu apa yang sedang Pria tersebut lakukan di sana.

"Sakit juga?"

Namun, Pria tersebut lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut gadis itu. Ayla yang sudah mulai kesal pun kembali menutup tirai biliknya.

"Sariawan kali ya tu orang," ucap Ayla pelan.

Selang beberapa menit, tirai bilik kasur yang ditempati oleh Ayla terbuka, menampakkan seorang pria dengan tubuh tegap dan gagah yang menatap Ayla yang sedang berbaring dengan ekspresi dinginnya.

Alister Reygan Melvano

Ayla dibuat kaget bukan main, melihat seorang Alister di depannya.

"Bangun."

Alister hanya mengucapkan satu kata tersebut dengan ekspresi yang masih sama datarnya.

"Dih, mau apa?" tanya Ayla kesal. Memang gak tau apa kalau Ayla sedang sakit.

Namun, sepersekian detik Ayla mulai membenarkan posisinya menjadi duduk. Ia sedikit ngeri melihat tatapan Alister yang begitu mengintimidasi.

Pria itu ikut duduk di tepi kasur tepat di depan Ayla. "Tangan lo."

Ayla dibuat melongo melihat tingkah pria aneh ini. Aneh sekali, selain tampan dan kaya apa yang membuat semua siswi di sekolah mengagumi pria ini.

"Apasih, gak jelas banget sih lo," ucap Ayla ketus.

"Lukanya," ucap Alister lagi.

"Ya mau apa?"

Ayla tidak tau sekarang, Alister yang tidak jelas atau memang Ayla yang bodoh tidak bisa mengerti maksud pria itu.

Alister menghembuskan nafasnya gusar. Ia memutuskan untuk menarik tangan kiri Ayla dengan sangat hati-hati. Tidak ada penolakan dari Ayla, ia cukup dibuat diam dengan tingkah laku aneh Alister hari ini, dan memilih untuk mengikuti apa yang pria ini inginkan darinya.

Alister mulai mengompres tangan Ayla dengan kain hangat, lalu mengoleskan salep pada luka tersebut. Alister menatap Ayla yang meringis menahan perih. "Tahan. Bentar lagi ilang perihnya."

"Al—"

"Jangan sakit lagi," potong Alister.

Ayla yang tadinya ingin mengucapkan sesuatu dibuat bungkam dengan tiga kata yang keluar dari mulut Alister. Jangan bicara Ayla ini baperan atau apapun, karena Ayla juga wanita biasa yang bisa lemah jika diperlakukan manis seperti ini.

"D–dih, terserah gue lah. Emang lo siapa ngatur-ngatur," ucap Ayla sedikit gugup namun tetap berusaha agar terlihat baik-baik saja.

Alister menatap gadis di depannya membuat pandangan mata keduanya menjadi bertemu.

ALISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang