23. Harmonies Family
Sejak kejadian tadi senyum Ayla masih terus terukir, hal tersebut ternotice oleh Hanna–Ibunda Ayla.
"Kamu kenapa, Kak? Senyum-senyum sendiri kayak orang kerasukan," tanya sang Bunda.
Mendengar itu Ayla menghampiri sang Ibunda dan langsung memeluknya. "Gapapa. Cuman lagi seneng aja dikit," ucap Ayla.
Hanna yang menyadari ada sesuatu yang tidak biasapun menjadi penasaran, hal apa yang sudah membuat putri kesayangannya seperti ini.
"Jadi penasaran. Gak mau cerita nih?" ucap Mama Hanna kepo.
"Kepo banget ih," balas Ayla diakhiri kekehan.
"Harus dong! Cowo ya? Cowo mana nih yang bikin anak Ibun jadi begini." Hanna mencubit pipi Ayla gemas.
"I don't like the person, but like the behavior, Mom. Orangnya mah malesin tau," ucap Ayla.
"Lah? Gimana bisa ga suka orangnya? Orang mah kalau suka sama sikapnya udah pasti suka orangnya juga," jelas Hanna.
"Tau ah."
Hanna mendengus kesal mendengarnya. Tak lama pandangannya menjadi terfokus pada tangan kiri sang putri. "Tangan kamu kenapa, Kak? Kenapa bisa begini? Apa ini ulah orang lain?" cecar Hanna panik.
Ayla berusaha menenangkan sang Mama. "Bunda. Relax, oke? Ini cuman luka kecil," jawab Ayla.
"Semua yang namanya luka itu sakit dan Bunda gak suka anak Bunda jadi sakit," ucap Hanna penuh penekanan.
"Udah, Bun. Ini tadi aku ceroboh kena kuah mie yang masih panas waktu di kantin. Tapi aman kok, udah diobatin juga," jelas Ayla.
Hanna tidak menjawab, ia menarik pelan tangan kiri Ayla yang kemudian ia ucap pelan lalu meniupnya.
Ayla tersenyum saat merakan kasih sayang yang begitu besar dari sang Ibunda. "Oh iya. Ayah jadi pulang besok kan, Bun?" tanya Ayla.
"Jadi dong. Katanya udah beli banyak oleh-oleh buat kita." Hal itu berhasil membuat Ayla makin semringah.
Namun, tiba-tiba ia jadi kehilangan semangatnya yang sebelumnya sangat membara. Tatapannya seketika menjadi kosong.
"Jadi kangen seseorang."
Perempuan paruh baya itu mengerti arah pembicaraan putrinya. Hanna memeluk erat Ayla seolah menyalurkan energinya.
"Sabar ya, Kak. Everything will be fine." Kedua mata Hanna menjadi berkaca-kaca menahan tangis.
"Sekarang, kamu mandi nanti kita makan bareng. Bunda udah masak cumi saus padang kesukaan kamu," lanjut Hanna.
Ayla menghembuskan nafasnya dan berusaha membentuk senyuman manisnya. "Oke, Bundaku yang cantik jelita dan paripurna." Setelah mengatakan itu Ayla mencium pipi Hanna.
"I hope my family is always under Your protection, God."
****
Sesampainya di rumah, Alister melemparkan tubuhnya di atas sopa ruang tamunya.
"Take a shower first, Dear." Seorang wanita paruh baya mengintrupsi dari arah dapur yang tidak jauh dari ruang tamu.
"Nanti," ucap Alister dengan mata yang tertutup.
"Nanti ketiduran. Sana mandi!" perintah Isabel–Mama Alister.
"30 menit." Alister kekeuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTER
Teen FictionIni cerita tentang seorang lelaki dingin, cuek, pintar dan tampan, namun akan menjadi iblis tak punya hati jika sudah di jalanan. Tidak pernah tertarik dengan a relationship remaja pada umumnya. Badboy, namun tetap menjadi kesayangan para guru. Alis...