♣️ Chapter 0-3

88 20 0
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

(500 tahun kemudian)

“Hong Ryeon kenapa kau datang! Cepat lari dari sini!”

“Kak, aku akan pergi untuk mencari bantuan, tunggulah di sini!”

“Sudah tidak ada waktu lagi! Pergilah sebelum tempat ini meledak atau kau akan mati, pergi, orang itu pasti akan menyelamatkanmu, cepatlah lari! PERGI!”

Seorang wanita melepas genggaman tangan dari adik kecilnya, mendorong bahu mungil itu agar dia lekas menjauh, ada banyak api di sekeliling mereka meski begitu setidaknya gadis kecil nan lemah ini harus keluar dengan selamat.

Selagi masih ada waktu.

Hong Ryeon melihat sekeliling penuh rasa takut, menatap tubuh manusia yang sedang dilahap oleh api kini seperti terpanggang, mereka para pekerja, Sang Kakak menghapus air mata itu dan menatap penuh ketegasan.

“Pergi!”

Kaki kecil yang penuh luka dan melepuh, Hong Ryeon terseok-seok mencari jalan untuk pergi sejauh mungkin, dia sudah meninggalkan segalanya, membiarkan setiap bongkahan memori akhir yang buruk terbakar dalam api.

Rumah sudah dimakan habis, orang tua baik hati telah terbunuh oleh seseorang yang tak dikenal beberapa bulan lalu, sekarang bom waktu sebentar lagi akan meledak, maka Hong Ryeon sudah tidak boleh menoleh ke belakang.

Dia menangis dan berteriak sambil terus memaksa lari, mengingat kembali bahwa kakaknya masih ada di dalam rumah, kedua kaki wanita itu sudah putus dan tiada sehingga siapapun tak bisa membawa dia keluar.

Tidak, seharusnya bisa, namun hanya ada Hong Ryeon seorang diri di sana, dia tidak kuat membawa Sang Kakak turun dari tangga apalagi sampai menggendongnya.

Seperti eksekusi mati, tiba-tiba suara ledakan terdengar begitu keras hingga menimbulkan angin cukup kuat.

Hong Ryeon menjerit takut, dia tersungkur ke tanah berumput seakan terdorong, menyaksikan bagaimana puing kayu terlempar akibat ledakan dari sebuah rumah besar bercat putih agak jauh dari tempatnya berada.

Gadis itu menangis histeris.

“KAK MINAAAA!”

****

Waktu adalah emas, benar, waktu adalah penentu kehidupan seseorang.

Napas tidak teratur dan rasa sakit semakin menjalar ke dalam tubuh, dia sudah tidak mampu menangis ataupun merasakan derita dari sendiri, satu-satunya yang dia tanam pada otak hanyalah bagaimana cara untuk lari.

Rembulan bersinar sangat terang sampai dedaunan di pucuk pohon mampu terlihat oleh mata telanjang, tak terkecuali siapapun yang datang di balik kegelapan.

Suara langkah kaki ringan, santai namun penuh getaran menakutkan membuat lelaki itu merintih, menyadari bisa saja nyawanya takkan terselamatkan.

Ketika dia mengambil langkah berbelok pada jalanan bercabang dua, kaki pincangnya terseret sangat berat nyaris menyapu jalan seiring tarikan napas berat yang mampu didengar, dia sendiri bahkan sadar harus lebih senyap lagi.

Mazino Crescendo [Stray Kids - TXT - NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang