Mazino Crescendo [Stray Kids - TXT - NCT]

♣️ Chapter 14

****

Suasana Club malam memang tidak pernah sepi.

Seorang gadis berpakaian hitam nan sopan berjalan ragu-ragu saat hendak mencapai pintu, butuh waktu beberapa menit agar dia selesai berbincang dengan para penjaga depan pintu yang terlihat sangat-sangat menyeramkan.

Gadis bertubuh tinggi tersebut menginjakkan kaki pada tempat yang sangat bebas seakan batasan umur bukanlah masalah.

Mereka memang beberapa kali pernah bertemu, dia adalah adik dari mantan seorang bartender dua tahun lalu, tetapi mereka tidak tahu atau bahkan tidak mengira kalau sosok kakaknya adalah wanita yang telah meninggal dunia secara tragis.

Dia adalah Go Haram adik dari Go Juhee.

Tujuan dia datang kesini adalah untuk bertemu mantan pacar kakaknya, dulu mereka sering bertemu di Club malam nyaris setiap hari sebelum Juhee memutuskan berhenti dan menjadi koki.

Haram sudah bertekad akan memaksa pemuda tampan berkulit pucat itu untuk memberitahu mengapa kakaknya bisa bernasib buruk.

Dia pasti ada kaitannya, mengingat mereka putus tidak secara damai.

“Maafkan aku, apa kau kenal seorang pria bernama Kim Taehee?” tanya Haram pada seorang wanita bertubuh seksi dengan balutan gaun merah pendek.

Wanita itu hanya tersenyum lalu menggelengkan kepala.

Haram mendengkus keras, dia mengeluarkan ponsel untuk melihat apa saja informasi yang sudah didapat, selain identitas dan wajah rupawan Kim Taehyung, gadis itu ternyata sudah tahu tentang saudara-saudara angkatnya yang sangat banyak bernama, Kim Taeyeon, Yeh Shuhua, Lai Guanlin dan Bae Jinyoung.

Haram beberapa kali juga mendapati kehadiran Lai Guanlin di tempat ini bersama Kim Taehyung walau sudah berlalu hingga dua tahun lamanya.

Selang beberapa menit mengamati seluruh penjuru Club berisik ini, secara tidak sengaja dia menemukan sosok muda nan rupawan sedang duduk memainkan ponsel bersama lelaki muda lain, sontak Haram terbelalak, dia langsung cepat menghampiri sambil menahan rasa sedih.

“Kau Lai Guanlin, kan?” semburnya.

Dia mengangkat kepala namun sorot mata itu sudah jelas terlihat tidak tertarik.

“Apa kau tahu sesuatu tentang kakakku? Maksudku, aku melihat isi ponsel kakakku, katanya mereka ingin bertemu di suatu tempat!”

“Apa maksudmu?”

“Kakakmu itu! Dia pasti tahu alasan mengapa kakakku meninggal secara tragis!”

Beberapa orang menoleh setelah jeritan Haram merana di tengah-tengah musik, mereka bingung, Guanlin mendengkus, sosok menjulangnya berdiri dari sofa dan menatap Haram begitu tajam, beranggapan setiap kalimat yang terlontar seakan berasal dari orang tidak waras.