♣️ Chapter 3

51 17 0
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Meski pintu berada enam meter dari tempat dia merangkak saat ini ternyata tetap saja semua usaha menjadi sia-sia, Tuan Joo terus hanya merangkak tanpa sampai ke tujuan seakan ada seseorang sedang menarik lantai menjadi jauh lebih panjang.

“Mengapa kau berusaha sekeras ini hanya untuk lari dariku Tuan Joo, kau bahkan meninggalkan rokok di atas lantai, apa kau tahu? Raena dan para pekerja sudah berusaha keras untuk membersihkan setiap sudut rumah ini.”

Hyunjin meraih rokok milik Tuan Joo, berjalan pelan mengikuti arah pria itu merangkak sambil mengeluarkan suara racau aneh, dia begitu takut pada Hyunjin di belakang punggungnya, terlebih lagi sepasang bola yang sangat tajam warna biru terang.

Seperti ada api pada kedua mata lelaki itu.

“Me-Menjauh … KAU IBLIS, MENJAUH DARIKU!”

Sungguh, Hyunjin tak bisa mengendalikan lagi ekspresi bosan yang sedang dia pancarkan, perlahan lelaki itu mengangkat kaki kanannya beberapa jengkal dari atas lantai.

“AAAAAAKKHH!”

Suara teriakan kembali terdengar gila-gilaan tatkala Hyunjin mulai tidak sabar dan menginjak tangan kiri Tuan Joo sekuat mungkin dengan hak pendek pada ujung sepatunya, seketika tangan itu seperti penuh akan rasa sakit

Dia ingin sekali menangis, tapi siapapun tahu kalau melarikan diri adalah hal paling utama.

“Bagus Tuan Joo kau akan mencapai pintu sebentar lagi, teruslah merangkak, teruslah! Ayo, lebih bersemangat lagi, aku akan mendukungmu,” ucap Hyunjin menertawakan setiap air mata dan usaha Tuan Joo menuju kebebasan.

Ketika dia sudah benar-benar dapat menyentuh bagian bawah pintu dengan Hyunjin tetap berada di belakangnya, pria itu bepegangan sekuat tenaga, berusaha berdiri meski hanya dengan satu tangan dan satu kaki, meraih knop getaran.

Sungguh, pada saat itu Hyunjin tidak melakukan apapun, dia hanya memperhatikan sambil tersenyum penuh rasa bangga.

Saat pintu sudah terbuka tanpa sadar Tuan Joo yang bertumpu tidak bisa menjaga keseimbangan, dia kembali jatuh tersungkur di dekat tiga tangga menuju lantai marmer berwarna hitam khas dekorasi rumah ini. Lagi-lagi Hyunjin hanya memperhatikan dan tertawa pelan.

Setelah berusaha mengumpulkan setitik kekuatan dia mengangkat kepala untuk melihat seberapa jauh lagi harus pergi namun pemandangan yang menyapa justru empat puluh mayat manusia di halaman mansion kediaman Yang, tergeletak penuh luka tembak atau sayatan pisau.

Tuan Joo sudah kehilangan daya untuk bicara, bibirnya terus membuka dan menutup setelah melihat bagaimana empat puluh anak buah yang dia siapkan untuk menyerang sudah tak bernyawa secara sia-sia, mereka bahkan tidak ada yang bisa mencapai pintu rumah.

“Maafkan aku Tuan Joo, sesuai undangan, hanya kau saja tamu kami malam ini jadi kami membersihkan siapa saja yang mencoba masuk,” ujar Hyunjin mempertegas.

Mazino Crescendo [Stray Kids - TXT - NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang