Pagi harinya Mentari sudah terlihat rapi karna dia berniat mengantar ayahnya sampai bandara dan setelah itu dia akan pergi bersama Fani. Langkah gadis itu terhenti di tengah-tengah anak tangga.
"Iya mas juga senang akhirnya hari ini tiba juga."
Mentari terdiam entah apa dia merasa aneh terlebih ayahnya tidak mempunyai adik perempuan sehingga aneh jika ada orang yang memanggil ayahnya dengan sebutan MAS.
"Kamu tenang saja anak itu mudah sekali untuk dibohongi jadi kamu ga usah takut ya."
"Ya hanya dengan alasan pergi urusan bisnis di Singapura selama 2 tahun."
Mentari terkejut ternyata ayahnya berbohong atas perkataannya yang katanya akan pergi untuk mengurus bisnis di Singapura selama 2 tahun itu.
"PEMBOHONG!" teriak Mentari dari atas tangga.
Surya yang sedang bertelepon itu lantas mematikan sambungan teleponnya dengan santai dia berjalan ke arah sofa di depan tv.
Geram Mentari berjalan cepat menuju tempat ayahnya berada."Maksud ayah apa? jadi perkataan ayah yang katanya pergi urusan bisnis itu cuma alasan kan? siapa orang tadi ayah? JAWAB!" kata Mentari dengan nada yang meninggi.
"Bukan siapa-siapa hanya saja orang yang bisa dikatakan calon istri saya mungkin." ucap Surya dengan menyeruput kopi.
"Calon istri? sejak kapan?" lirih Mentari
"Saat saya belum menikah dengan bundamu itu."
Hati Mentari teriris ternyata sudah lama ayahnya menyembunyikan seseorang dibelakang bundanya.
"AYAH JAHAT! KENAPA AYAH LAKUIN INI KE BUNDA?!" teriak Mentari keras bahkan air mata itu telah membasahi pipinya.
Pyar!
Cangkir kopi yang masih panas itu di lempar kearah lantai marmer itu bahkan kaki Mentari terkena cipratan kopi panas itu.
"Anak kurang ajar! jadi ini hasil didikan wanita sial itu?!" ucap Surya emosi
"Kurang ajar? yang kurang ajar itu ayah?! bisa-bisanya ayah sembunyiin wanita lain dibelakang bunda!"
Plak
Tamparan keras di layangkan Surya untuk Mentari bahkan tubuh gadis itu terhuyung kebelakang saking kerasnya.
"Jaga ucapan kamu! masih mending saya masih berbaik hati untuk menyekolahkan kamu tapi ini balasan kamu untuk saya?! dasar anak ga tau di untung!" setelah mengucapkan itu Surya pergi dengan kunci mobilnya dan meninggalkan Mentari yang terduduk dengan memeluk tubuhnya.
Hancur satu kata yang menggambarkan sosok Mentari gadis itu tak kuasa menahan rasa sakit di dadanya. Tangis itu kian pecah sesekali dia memukul dadanya untuk meredakan rasa sakit yang menyerang. Wajah yang semula cantik karna polesan make up tipis itu kini hilang tak terlihat lagi.
Nafas gadis itu mulai tak beraturan, gadis itu terlihat kesulitan untuk bernafas teratur. Mentari mulai terbatuk-batuk dengan gemetar gadis itu mencoba untuk menelepon siapapun yang berada di kontak ponselnya.
"Uhuk..uhuk."
Sambungan telepon itu tersambung dengan pelan dia mencoba untuk mengatur nafasnya agar dia bisa berbicara sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI [SEDANG DIREVISI]
Roman pour Adolescents❝𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚎𝚜𝚊𝚗❞ -𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓷𝓮𝓼𝓴𝓪- ©Glorieux