9. 나와 침묵 [REVISI]

120 59 6
                                    

"Revan..?" panggil Mentari.

  Lantas lelaki itu langsung memfokuskan perhatian dia yang sedari tadi pada ponselnya. Pupil mata gadis itu membesar kenapa lelaki itu mendekat kearahnya, dia hanya ingin bertanya satu hal saja.

"Kenapa?"

"Em..itu ga papa, aku cuma mau tanya kapan aku dibolehin pulang." cicit Mentari.

Lelaki itu lantas mendudukan diri di kursi samping ranjang rumah sakit, "Besok." sahut dia.

Mentari mengangguk paham, "Revan..makasih udah bawa aku ke rumah sakit, maaf bikin kamu repot."

Revan, lelaki itu hanya senyap diam tanpa menjawab perkataan Mentari.

"Mau makan?" kata Revan Mengalihkan pembicaraan.

"Enggak dulu, belum laper."

"Seenggaknya lo makan sedikit, daritadi siang lo belum makan apa-apa." ketus Revan.

  Hati gadis itu menghangat meskipun nada yang Revan katakan terdengar ketus akan tetapi, tersirat sebuah perhatian yang ditunjukkan padanya.

"Yaudah iya." Revan langsung mengambil sebuah nampan makan malam yang tadi dia sempat beli.

Dering telepon masuk dari ponsel Revan mengalihkan perhatian mereka.
"Nih makan." gadis itu menerima semangkok bubur dan memakannya langsung.

Diseberang terlihat Revan tengah menerima telepon dengan tubuh yang memunggunginya. Tak lama telepon itu berakhir, terlihat wajah masam Revan setelah berakhirnya telepon itu.

"Kalo udah selesai makan mangkuknya taruh di nakas, terus ini obatnya di minum semua. Kalo butuh apa-apa pencet bel itu atau lo telfon nomor hp gue, udah gue simpan."

"Kamu mau pergi?" tanya gadis itu melihat gerak gerik Revan yang gundah.

"Iya, mau ke Agatha. Dia lagi butuh gue."

Gadis itu baru ingat, lelaki di depannya sudah memiliki kekasih harusnya keberadaan ia tak seharusnya berkecimpung dalam hubungan mereka.

"Lo ga papa kan gue tinggal?"

Apa maksud perkataan lelaki itu? tentu saja tidak apa-apa terlebih siapa dia? berani sekali melarang Revan untuk pergi?

"Ga papa, kamu hati-hati di jalan..Makasih banyak ya Van." ucap Mentari dengan senyum.

  Revan hanya mengangguk kecil dan langsung menyambar kunci mobil dan pergi meninggalkan Mentari sendiri di bilik rumah sakit. Tinggallah Mentari dan keheningan malam ini, di bilik kamar rumah sakit yang sepi gadis itu mencoba mengambil ponsel di nakas samping dia. Dan berjalan pergi keluar.

     °°°°°

  Disisi lain seorang lelaki muda tengah berlari tergesa-gesa di lorong rumah sakit, raut wajah khawatir terlihat di wajah tampan itu. Sampailah dia di pintu masuk bilik kamar yang sudah ada pasangan paruh baya sedang menangis.

"Mah..pah" kedua orang tua itu langsung menengok dan memeluk putra sulung mereka.

"Gimana keadaan Shera mah, pah?" sang ibu hanya menangis enggan menjawab.

"Belum ada perkembangan Zaf, Shera belum sadar juga." jelas sang ayah.

Tubuh lelaki itu terasa melemas, sudah hampir sepuluh hari adiknya belum siuman dari komanya. Kedua manik mata itu terlihat menahan sesuatu yang akan turun, terlihat seorang anak kecil tengah terbaring lemah dengan alat bantu untuk dia bertahan hidup.

MENTARI [SEDANG DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang