[Spesial Chapter] Bunga abadi

31 2 0
                                    

Mentari side

"Anes..bangun sayang."

Sang pemilik nama hanya bergumam sebagai jawaban namun enggan beranjak dari tempat tidurnya. Mendapati putri sulungnya tak mendengarkan perkataannya wanita itu langsung mengucapkan jurus andalannya.

"Bunda hitung sampai 3 gak bangun kamu bunda seret ya?!" ancam Ranty.

Gadis itu terbangun dengan terburu-buru seraya menatap sang bunda dengan tatapan penuh sulit diartikan. Tiba-tiba gadis itu merentangkan kedua tangannya sedangkan Ranty menatap putri semata wayangnya aneh ada apa dengan anaknya?

"Bun..peluk Anes rindu bunda."

Ranty langsung memeluk tubuh putri kesayangannya, disisi lain sang empu malah kian mempererat pelukan hangat itu dengan air mata yang mengalir dengan sendirinya.

"Lho kamu kok menangis? ada apa?" tanya Ranty bingung.

Mentari hanya menggeleng tidak tahu, entah dia merasa aneh perasaan hatinya seperti gundah, senang, sedih, rindu, dan lain-lain. Dia tidak bisa mengutarakan perasaan didadanya.

"Sudah nangisnya bunda gak suka ya kamu menangis seperti itu, sekarang kamu mendingan bersih-bersih. Bunda tunggu di meja makan ya, mandinya jangan lama-lama." Mentari mengangguk paham.

Tak lama gadis itu turun dari kamar tidurnya yang berada dilantai 2, dari tangga dia melihat sang bunda dengan ayahnya yang tengah berbincang sesekali dengan gurauan disetiap pembicaraannya.

Entah kenapa Mentari melihat itu rasanya aneh namun dia tidak dapat menyangkal dan mengetahui keadaan yang sebenarnya.

"Anes sayang ayo sini, ayah sudah nungguin kamu lama banget lho." panggil Surya.

Langkah kaki gadis itu yang semula terhenti lantas berjalan menuju meja makan yang telah ditempati oleh ayah dan bunda dia. Senyuman cerah penuh kehangatan menyambut kedatangan putri meraka kian terpatri.

"Pagi putri ayah tadi tidurnya nyenyak?" tanya surya

"Pastinya dong, ayah kayak ga tau aja anaknya tidurnya itu kayak gimana." saut Ranty

Tawa Surya terdengar, Mentari yang mendengarnya ikut tersenyum malu bundanya memang pintar membuat dirinya malu dihadapan sang ayah.

"Anak ayah memang jangan dilawan kalau masalah tidur, Anes itu sang putri tidur." goda Surya

Sedetik kemudian tawa yang terdengar itu telah senyap digantikan dengan denting alat makan yang mereka pakai.

"Anes.."

Gadis sang pemilik nama Mentari Aneska itu mendongak mendapati sang ayah dan bunda tengah menatap kearahnya dengan bingung gadis itu bertanya.

" ...iya?"

Tangan Surya terulur untuk mengelus pelan surai lembut anaknya. Perasaan ini begitu aneh namun gadis itu menyukainya.

"Maafkan ayah ya, ini semua salah ayah kamu jadi seperti ini karna ayah. Ayah merasa jadi orang terbodoh karena perlakuan ayah dulu sama kalian, ayah minta maaf." detik itu juga Surya pria itu menangis menatap kedua perempuan dihapannya.

Ranty sang istri langsung memeluk tubuh pria itu, sedangkan Mentari menatap bingung perlakuan apa? memangnya ayahnya melakukan apa hingga menangis tersedu-sedu seperti itu.

"Sudah tidak apa-apa, yang lalu biarlah berlalu yang penting kita bisa bersama lagi disini." kata Ranty menenangkan suaminya.

Gadis itu berdiri ikut memeluk tubuh sang ayah, hangat pelukan seakan-akan memang seperti didambakan oleh dia.

MENTARI [SEDANG DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang