"MENTARI!"
Gadis sang pemilik nama itu langsung menolehkan kepalanya, dari arah pintu rumah itu terlihat seorang wanita paruh baya sedang berjalan kearahnya.
"Halo tante" sapa Mentari tak lupa dengan menyalimi tangan dia pada Nesya.
"Panggil bunda sayang, kamu mau jenguk Revan ya. Masuk aja sayang itu Revannya ada didalam kamar." suruh Nesya.
"Enggak usah bunda, aku cuma mau kasih ini sama Revan." tolak Mentari hati-hati.
"Ish kamu ini masih aja malu-malu, ayok masuk!" kata Nesya yang sudah lebih dulu menggaet tangan Mentari masuk.
Didalam rumah Revan, Mentari merasa tidak enak dan canggung. Gadis itu bingung niatnya yang akan langsung pulang setelah memberikan buah tangannya pupus sudah.
"Kebutulan ada kamu Tari, bunda mau pergi sebentar. Ini kamu bisa kan kasih makan sorenya Revan ke kamar dia yang ada dilantai atas."
"Ta-tapi bund.."
"Jangan lupa obat yang dimeja nakas Revan suruh diminum ya, bunda pergi dulu. Bye sayang." kata Nesya pergi meninggalkan Mentari dalam keterdiamannya.
Sesampainya dilantai atas, Mentari hanya diam menatap pintu kamar yang berwarna putih itu. Ragu untuk sekedar mengetok pintu itu.
Tok! tok!
"Masuk aja"
Debaran di dada gadis itu kian kencang, saat mendengar suara sang pemilik kamar. Dibukanya pintu itu terlihat Revan sedang memainkan ponsel miliknya tanpa mengalihkan pandangan dia sama sekali.
"Revan"
Mata mereka saling bertatapan, dapat dilihat dari raut wajah Revan yang kaget akan kedatangan Mentari dirumahnya.
"Kenapa bisa disini?" tanya Revan
"I-itu aku dengar kamu sakit, jadi aku singgah kesini sebentar buat kasih kamu buah-buahan sama kue. Tadi aku taruh didapur.
Lelaki itu hanya diam sambil menatap sebuah nampan yang dibawa Mentari.
"Oh iya ini tadi disuruh bunda kasihin kamu ini,"
"Gue lagi gak nafsu makan," kata Revan tanpa minat menatap makanan yang dibawa gadis itu.
"Tapi kamu harus tetap makan, habis itu minum obat biar kamu sehat."
Revan menatap aneh pada Mentari yang tengah memarahinya sekarang, ada apa dengan gadis itu? tanya dia heran.
"Suapin gue kalo gitu" putus Revan final.
Deg.
Mentari menatap Revan dengan bingung, apakah dia salah dengar tadi? seorang Revan meminta kepadanya untuk menyuapi makan?
"Ayo kenapa diem aja?" sambung Revan
Mau tak mau gadis itu menyuapi makan Revan dengan telaten meskipun ragu dan canggung jika harus berhadapan dengan pemuda itu. Sedangkan, Revan hanya diam menatap Mentari dengan menerima suapan yang gadis itu berikan.
"Sayang..aku dengar kamu sakit?" kata perempuan yang sedang berdiri dipintu kamar yang terbuka.
Kegiatan mereka lantas berhenti, Mentari yang melihat itu terkejut. Namun, Revan hanya menatap malas kearah perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI [SEDANG DIREVISI]
Fiksi Remaja❝𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚎𝚜𝚊𝚗❞ -𝓜𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝓲 𝓐𝓷𝓮𝓼𝓴𝓪- ©Glorieux