8. A little sweet [REVISI]

130 59 4
                                    

  Revan lelaki itu kian terus menatap seorang gadis yang masih belum bangun dari pingsannya. Sudah hampir dua puluh menit bahkan dia tadi sempatkan untuk pergi ke toko bunga untuk membeli sebuah buket mawar putih yang kini berada di atas meja nakas. Gadis itu mulai menggerakkan jari menunjukkan pergerakan untuk sadar dari pingsannya.

"Eungh.."

"Lo sadar? ada yang sakit? gue panggil dokter sebentar." tanya Revan beruntun.

  Sedangkan Mentari hanya diam, mencoba mencerna apa yang terjadi. Jari lentik itu mencoba untuk mengambil sebuah gelas air putih yang tersedia.

"Kalo butuh apa-apa itu bilang, buat apa gue disini coba kalo ga di repotin." kata Revan dengan memberikan segelas air putih itu.

Gadis itu hanya diam dan menerima segelas air itu lantas meminumnya hingga tandas.

"Lapar ga? makan yah gue suapin." tawar Revan.

  Wait! apa seorang Revan menawarkan untuk menyuapi seseorang yang bahkan dia sendiri tidak kenal dengannya, apalagi dia sudah memiliki kekasih bagaimana jika kekasihnya tahu? benak Mentari.

"Ga usah aku ga lapar kok, makasih." tolak Mentari.

Entah kenapa Revan merasa bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja, dari tatapan mata itu terlihat kosong dan tidak ada pancaran semangat.

  Pintu bilik kamar inap Mentari terbuka oleh seseorang yaitu Fani yang terlihat tergesa-gesa dan langsung memeluk erat tubuh Mentari. Untung saja tubuh gadis itu tidak sampai terhuyung kebelakang.

"Hiks..Tari lo gapapa? ada yang sakit? maaf gue ga bisa nolongin lo." tangis Fani kian pecah.

"Aku ga papa Fan." lirih Mentari, gadis itu kembali merasakan sesak di dadanya mengingat kejadian itu.

"Bohong! bilang sama gue siapa yang bikin lo kayak gini?!"

  Sulit rasanya menahan air mata yang sedari tadi dia tahan, Mentari akhirnya menangis di dekapan Fani. Gadis itu menangis tanpa bersuara membuat para lelaki di sana terkejut. Ya di sana bukan hanya Revan namun juga ada Daffa, Fajar dan juga Laksana.

"Hiks..se-semua jahat Fan, a-aku ga kuat hiks." kata Mentari terbata-bata.

  Semua bingung dan penasaran apa yang dimaksud dengan ucapan Mentari. Namun Laksana lebih dulu memotong pembicaraan mereka.

"Kalo butuh sesuatu bilang aja, kita tunggu di luar." ucap dia sembari mendorong Daffa dan Fajar keluar.

  Revan pun mulai peka sudah terlebih dulu keluar dari ruangan, meninggalkan Fani dan Mentari. Disana Mentari mulai menceritakan semua yang dia rasakan dari awal dia mendengar semua pembicaraan ayahnya hingga saat dia mulai kehilangan keadaannya.

  Fani lantas memeluk kembali tubuh Mentari hatinya ikut sakit mendengar semua itu.

"Lo masih ada gue, lo kalo butuh apa-apa bilang sama gue. Gue bakal bantu sebisa mungkin."

"Sakit Fan." dua kata yang hanya terucap dari mulut Gadis itu.

"Iya gue tau, lo harus tetap kuat jalaninnya dan lo masih ada gue sama orang-orang yang masih peduli sama lo."

MENTARI [SEDANG DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang