6. Maaf Ayah...[REVISI]

152 62 9
                                    

  Mentari masuk kedalam rumahnya dengan paperbag cookies dengan senyum yang terpatri.

"Ketemuan siapa tadi?" tanya ayahnya yang sedang duduk di depan TV

"Temen yah,"

"Apa itu? bawa sini." gadis itu dengan semangat berlari kecil memperlihatkan cookies pemberian bunda Revan.

Pyar!

  Satu toples cookies itu di lempar hingga toples kaca itu pecah dan cookies berserakan di atas lantai. Mentari terkejut dia kira ayahnya ingin mencoba satu cookies itu tapi ternyata tidak sesuai dugaan dia.

"Kamu itu sudah gemuk! bukannya diet malah makan coklat. Malu saya punya anak modelan kayak kamu!" setelah mengucapkan itu Surya meninggalkan Mentari yang masih terdiam berdiri seraya memandang cookies yang berserakan di lantai.

  Gadis itu mulai memunguti pecahan toples dan membersihkan remahan cookies coklat.

"Non..sini biar bibi yang beresin, non Mentari masuk kamar saja ya." kata bi Yati.

  Sedari tadi bi Yati melihat pertikaian tuan dan anak majikannya hanya saja dia tidak berani untuk mendekat hanya melihat jauh dari arah dapur.

"Ga usah bi, ga papa biar aku aja yang beresin. Bibi istirahat aja, biar ayah ga marah lagi." suruh Mentari.

  Bi Yati terdiam memeluk tubuh anak majikannya seraya menangis, dia merasa kasihan kenapa bisa anak selembut ini mempunyai orang tua yang begitu kejam.

"Yang sabar ya non..yang kuat ya semoga bapak bisa berubah jadi lebih baik sama non Mentari." gadis itu mengangguk dan membalas pelukan hangat itu.

  Setelah kepergian bi Yati, Mentari mulai membersihkan dengan telaten bekas pecahan dengan hati yang sedikit sesak. Tak lama gadis itu kembali kedalam kamar dia dan mulai menjatuhkan diri diatas tempat tidur empuknya. Kedua mata cantik itu terpejam menahan rasa sesak di dada.

"Kamu itu sudah gemuk! bukannya diet malah makan coklat. Malu saya punya anak modelan kayak kamu!"

"Malu saya punya anak modelan kayak kamu.."

"Malu saya punya anak modelan kayak kamu.."

  Suara itu kian terus berputar-putar di kepalanya, bayang-bayang ayahnya mengucapkan kata malu akan mempunyai anak seperti dia membuat Mentari menangis.

"Maaf ayah, udah bikin ayah merasa malu karna punya anak gemuk seperti Mentari."

  Jika di deskripsikan Mentari merupakan anak yang memiliki badan ideal tidak gemuk tidak kurus, sangat proporsi jangan lupa dia memiliki pipi yang sedikit chubby sehingga saat tersenyum terlihat lucu.

"Mulai besok aku mau jalanin diet biar ayah ga malu punya anak kayak aku."

Ting!

MENTARI [SEDANG DIREVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang