ST-04

439 39 8
                                    

| Seruan Takdir : Bagian 4 |

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Apabila anda menemukan kata yang typo, silahkan di tandai dan komen kata yang harus diperbaiki!

Jangan lupa vote dan komen ya!
Jazakunullahu Khairan

"Aku yang memintamu pada Allah, maka Aku pula yang akan bertanggung jawab atas dirimu"
-Maesa Oezi Irawan, 2022-

Happy Reading :)

Seorang gadis berkhimar hitam dengan masih memakai piyama yang senada tengah turun dari lantai dua rumahnya menuju dapur. Diambilnya segelas air dingin dan duduk di meja makan.

"Alhamduilillah" Ujarnya yang kemudian meletakkan gelas yang sudah tandas di atas meja.

Rumah itu tampak sepi dikarenakan semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Gadis itu kemudian menidurkan kepalanya di atas meja.

Diluar rumah, seorang pemuda baru saja pulang dari rumah sakit tempat dirinya melaksanakan tugas koas.

"Assalamualaikum" Salam pemuda itu ketika memasuki rumah.

Tujuan pertama pemuda itu adalah kamar sang adik, dia pun bergegas ke lantai dua untuk mengejek keadaan adiknya.

"Bee, aku pulang" Kata pemuda itu mengetuk pintu kamar bercat biru.

"Kok gak ada sautan ya? Yaudah aku masuk aja deh, mungkin Ifi lagi tidur" Monolog pemuda tersebut yang tak lain adalah Maesa. Dia pun membuka pintu kamar itu dan menyusuri kamar bernuansa biru putih itu untuk mencari adik kesayangannya.

"Bee?"

Maesa mencari ke seluruh tempat di kamar tersebut, tapi orang yang dia cari tidak ditemukan. Perasaan khawatir mulai menyebar dalam hatinya, dia segera berlari ke lantai bawah.

"Bee" Teriak Maesa berlari kesana kemari mencari keberadaan Ifi.

Ifi yang merasa terpanggil mulai beranjak dari tempat duduknya untuk mencari sumber suara tersebut.

"Kak Eca, Ifi di sini" Kata Alifiyah yang sudah berada di belakang Maesa.

"Kamu dari mana saja" Maesa memutar badannya menghadap adiknya, diraihnya kedua pundak Alifiyah.

"Ifi tadi di dapur"

"Kamu buat kakak cemas tau gak" Sorot mata Maesa tidak bisa berbohong bahwa betapa dia mencemaskan Alifiyah. Maesa segera menarik Alifiyah ke dalam pelukannya.

"Ifi gak papa, Kak Eca" Alifiyah mengelus punggung Maesa menenangkannya.

"Tapikan..."

Belum sampai Maesa menyelesaikan perkataannya suara bel terdengar nyaring beriringan dengan suara salam dari seseorang.

"Siapa ya?" Tanya Ifi menatap Maesa, Maesa mengedikkan bahu tertanda tidak tahu. Keduanya sudah melepaskan pelukan dan menuju pintu.

Sedang di depan sana dua gadis yang sedari tadi heboh sendiri mulai menggerutu.

"Gini nih manusia, zaman udah canggih tapi tetap saja tidak dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Ngapain coba punya smartphone kalau di telepon gak dianggat"

"Sabar Ze, siapa tahu Ifi lagi tidur jadi gak dengar"

"Ihh, mana gerah banget lagi"

Dua gadis itu terus saling berdebat. Ya siapa lagi kalau bukan dua manusia random itu, Rani dan Zena.

SERUAN TAKDIR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang