14

18.2K 1.9K 50
                                    

4 bulan berlalu sepasang pasusu itu kini nampak lengket bagai perangko. Hanya dirumah tapinya, mereka masih belum mengatakan pada publik tentang hubungan mereka.

"Ganteng, bangun," ucap Farel menepuk pipi Reynard. Yang dibangunkan menggeliat lalu mengeratkan pelukannya pada Farel.

"Bentar lagi,"

"No,no,no. Gantengku ini nggak boleh malas, kalo gue yang malas nggak papa,hehe,"  Reynard menggeleng.

"Kiss dulu," tutur Reynard. Farel mau-mau saja, mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir Reynard. Bukannya bangun malah semakin nempel saja.

"Ayo cepet bangun!" gertaknya karena suaminya itu tidak mengikuti perintahnya.

"Iya sayang," jawab Reynard dengan senyum yang hanya ditujukan untuk Farel. Membuat pipi Farel merona seketika, kedua ujung bibirnya berkedut meminta ikut tersenyum. Bukannya membalas senyuman Reynard, Farel malah mendorong tubuh Reynard jauh-jauh darinya untung tidak terjatuh.

"Apa lo sayang-sayang. Bangun sana, mandi!" perintah Farel tak ada manis-manisnya membuat Reynard mengelus dada. Farel keluar dari kamar hendak membuat sarapan.

~

Farel kini tengah duduk di tribun lapangan basket. Berniat membolos menunggu kedua sahabatnya yang belum terlihat rupanya sampai sekarang.

"Nunggu siapa?" Farel yang asik melamun menoleh pada asal suara.

"Ck. Ngapain disini?" bukan menjawab Farel malah bertanya balik.

"Gue kan ketua OSIS. Tugas gue keliling buat menertibkan manusia-manusia seperti elo," ucap Bagas sambil menunjuk hidung Farel lalu disampingnya.

"Mau-mau aja lo dikasih tugas kek gitu, dibayar nggak? Ngabisin tenaga aja," decih Farel. Bagas mah cuman senyum-senyum gaje aja.

"Nggak papa. Buat pengalaman. Btw tadi lo belum jawab pertanyaan gue. Nunggu siapa?"

"Nunggu kepastian," jawab Farel asal.

"Serius lho Rel,"

"Nunggu Jordan ama Haikal mau bolos. Lama banget mereka, siput aja kalah kayaknya," Bagas tertawa. Farel benar-benar nggak ada takut-takutnya. Jelas-jelas ada ketua OSIS di depannya malah dijelaskan hendak bolos.

"Karna hati gue lagi bahagia, kalian gue lepasin hari ini," ucap Bagas. Farel tersenyum senang.

"Tumben banget. Tapi makasih lho ya, dikelas panas," ucapnya membuat gestur kepanasan.

"Santai aj-eh"  tangan Bagas yang hendak menyentuh puncak kepala Farel terhempas begitu saja dicengkram oleh seseorang. Bukan-bukan tangan Farel yang mencengkram tangan itu.

"Jangan pegang," Farel melotot menemukan Reynard yang mencengkram tangan Bagas sambil menatap lelaki itu tajam.

"Kita ada masalah apa ya bro?" tanya Bagas menaikan alis dan menghempas cengkraman Reynard.

"Gue bilang, jangan pegang," ucap Reynard sekali lagi dengan tegas. Bagas bingung dan sedikit terpancing.

"Aneh lo. Gue mau megang Farel kenapa lho yang repot?" sungut Bagas. Mereka menatap satu sama lain dengan tajam. Farel yang menyadari suasana sedikit tidak menyenangkan panas dingin sendiri.

"Eh. Ada apa nih?" celetuk Haikal yang tiba-tiba datang diikuti Jordan dibelakangnya. Ketiga remaja cinta segitiga itu menoleh pada Haikal.

Reynard pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun. Farel menatap punggung Reynard bingung.

"Kok bisa kalian ngumpul disini?" tanya Haikal menunjuk Farel, Bagas, dan punggung Reynard dari kejauhan.

Farel mengalihkan atensinya pada Haikal lagi,"Itu.. em nggak sengaja aja,"  Haikal hanya ngangguk-ngangguk bodo amat.

"Oh ya, kita jadi ngerjain tugas di perpuskan?" tanya Haikal pada Farel dan Jordan. Farel mengerutkan dahi, sejak kapan mereka mau menapakkan kaki di ruangan sepi itu. Haikal mengedip- ngedipkan mata memberi kode pada kedua sahabatnya yang lola itu.

Bukannya Farel dan Jordan yang paham malah Bagas yang mengerti.

"Nggak usah bohong kali. Kalian mau boloskan? Silahkan lah," ucap Bagas, Haikal speechels dong.  Baik banget ni ketos.

"Wah thanks bro!! Gue doain cepat punya pacar ya," ucap Haikal menepuk bahu Bagas. Lalu menarik lengan kedua sahabatnya masing-masing.

~

Setibanya di rumah tubuh malas Farel lunglai disofa ruang tamu.

"Gue nggak ngapa-ngapain aja kok bisa capek, apa gue ini hasil pindah raga ya. Aslinya gue ini udah orang tua jompo terus pindah ke raga anak muda ini. Kayaknya iya," monolog Farel sambil berfantasi yang nggak nyambung.

Pintu apartemen terbuka menampakkan wajah Reynard yang tengah membawa kantong kresek putih di tangan kirinya.

"Apa tuh?" tanya Farel penasaran menegakkan tubuhnya.

"Ayam," jawab Reynard lalu duduk disamping Farel. Farel yang sudah kelaparan hendak meraih kantong itu namun di geser oleh Reynard. Farel mencebik.

"Laper," rengeknya.

"Ganti baju dulu," perintah Reynard. Farel menggeleng menaikan kedua kakinya keatas paha Reynard.

"Lapar Reynard," rengeknya lagi.

"Makan gue aja," cetus Reynard membuat Farel mengerutkan dahi.

"Akhh!!" geram Reynard lalu memegang lengan kirinya yang kena gigit Farel. Tersangka hanya tersenyum pepsodent. Reynard memandang wajah itu gemas. Kedua tangannya menangkup wajah Farel lalu menekannya membuat bibir Farel  cemberut.

"Laper Rey!!" Ucapnya sambil mengeleng-gelengkan kepala melepas kedua tangan Reynard pad wajahnya.

Reynard tersenyum kecil lalu mengambilkan kantong kresek lalu memberikan sepotong paha ayam pada Farel. Keduanya makan dengan hening. Hingga Farel teringat sesuatu.

"Kangen Mama," ucap Farel. Ia sudah tak bertemu dengan ibundanya 1 bulan.

Reynard melirik jam tangannya, menunjukkan jam 4 sore.

"Malem nanti kesana, kita menginap," Farel mengangguk semangat.

TOO (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang