16

19.1K 1.9K 52
                                    

"Hoam," Farel menguap sembari merenggangkan badan. Tangannya beralih memegang pinggangnya yang terasa remuk.

"Anjing, pinggang gue serasa mau copot," keluhnya ingin menangis.

"Ekkhh," pelukan Reynard pada perut Farel dikencangkan membuat perutnya serasa dijepit.

"Lepas Rey!" titahnya. Tapi Reynard tak mengikutinya. Ia mempererat pelukannya hingga dihadiahi cubitan yang teramat sakit dari Farel.

"Sakit sayang," keluhnya. Farel menatap sinis Reynard yang masih menyesuaikan cahaya pagi hari.

"Ya salah sendiri. Badan gue lo buat remuk terus perut gue lo jepit gitu mau bikin gue muntah?" ketus Farel. Reynard malah tertawa kecil.

"Semalam lo bilang boleh,"

"Ya nggak sampek kasar gitu kali, mana pertama kali. Brengsek emang lo," gerutu Farel. Reynard mengecup gemas wajah Farel. Mulai dari kedua mata, kedua pipi, hidung lalu bibir pink Farel yang menggoda.

Reynard menatap kedua mata Farel teduh.

"Gue cinta lo," ucap Reynard. Farel melolot kaget, secepat itu. Entahlah ia belum yakin tentang perasaannya. Apakah itu cinta, atau masih sebatas rasa nyaman karena sekian lama hidup bersama.

"Lo yakin?" tanya Farel ragu. Reynard mengangguk.

"Ya," mata Reynard menatap Farel dengan tatapan bertanya, bagaimana dengan lo.

"Kasih gue waktu buat jawab. Gue cuman takut ini rasa nyaman aja," jawaban Farel direspon senyum kecut oleh Reynard.

"Sorry," cicit Farel. Hawa mendung terlihat dari wajah Reynard.

Melihat Reynard hendak beranjak, segera ia tarik tangannya.

"Weh. Jangan tinggalin gue. Bantuin jalan napa," ucap Farel. Reynard menoleh berusaha menunjukkan senyum terpaksanya, lalu membawa tubuh Farel dalam gendongan koala.

Plakk

"Anjing! Kok nampar?!" kesalnya ketika tangan Reynard tak tahu malu menampar bokong telanjangnya.

"Mau lagi?" tanya Reynard dengan smirknya.

"Boleh," jawab Farel menggoda.

"1 ronde," ucap Reynard melangkah menuju kamar mandi. Farel melotot, dia nggak serius. Pantatnya sakit.

"Becandaaa Rey!!!!" ronta Farel.

~

Setelah acara 1 ronde pasangan muda itu. Kini mereka dengan keluarga tengah menikmati sarapan di meja makan.

Farel melihat pada Faro yang berada bersebrangan dengannya. Wajahnya kusut seperti kurang tidur.

"Kenapa lo Kak, kayak kurang tidur gitu?" tanya Farel menggudang semua mata menatap Faro yang tengah kesal.

"Kinipi li kik, kiyik kiring tidir giti. Mikir lo," ucap Faro menyuapkan makanan ke mulut dengan tidak santai. Farel mengrenyit heran.

"Lah, ada salah apa gue sama lo?"

"Lo nggak ingat kamar lo nggak kedap suara? Suara jelek lo semalam merusak ketenangan gue tau nggak?!" kesal Faro sembari menatap Farel dan Reynard bergantian. Reynard yang paham menundukkan kepala tak enak. Sedangkan Farel masih mikir.

"Gue ngapain deh?"

Faro jadi geram sama Farel yang lola.

"LO ML," ucap Faro dengan menekan kata. Tidak ingat mereka sedang berada di meja makan. Nava mencubit Faro karena merasa ucapan Faro terlalu frontal. Faro jujur iri, Nava disuruh tidur di kamar tamu oleh sang Mama semalam. Niatnya mau cuddle semalam. Tapi Giana menolak tegas, katanya kasihan Nava kalo kenapa-napa. Padahal mereka kan sama-sama cowok. Lagian mau diapain si Nava yang imut itu.

"Gue nggak main ML kok semalam," ucap Farel enteng. Sedangkan Faro mau nangis rasanya bicara dengan adeknya yang lemot itu. Nava dan Reynard nepok jidat. Sedangkan kedua  orang tuanya hanya menatap perdebatan kedua anaknya.

"Udah diam Farel," titah Reynard berusaha menghentikan perdebatan hal tak senonoh di meja makan itu. Setelah menatap Reynard disampingnya Farel langsung tersadar.

"Oo. Maksud lo NGEWE?" tanya Farel dengan polosnya.

"FARELLL!!!!"

Puk

~

Setelah sepakat mereka akan pergi keluar untuk jalan-jalan menggunakan mobil Reynard. Pumpung hari libur dan Faro ada dirumah.

Farel kini cemberut memegangi mulutnya tak mau menoleh pada suaminya yang tengah menyetir disampingnya. Begitu pula Faro dan Nava yang duduk di belakang, nampak diam sambil berangkulan melihat drama didepannya.

"Sorri," ucap Reynard hendak memegang tangan Farel menggunakan tangannya yang nganggur. Namun Farel segera menepisnya.

"Maaf. Bibirnya sakit ya?"

"Jelaslah!" Ketus Farel. Perdebatan  masalah di meja makan tadi membuat bibir Farel yang kena tampol Reynard. Karena Farel mengucapkan kata-kata tidak mengenakan di atas meja makan, apalagi didepan kedua orang tuanya. Refleks tangan Reynard menjamu mulut Farel, hanya pelan, mungkin tidak sesakit itu. Farel saja yang membesar-besarkan.

"Kan cuma pelan," ucap Reynard mencoba mencari pembelaan.

"Mau pelan mau kasar kalau udah nampol ya kekerasan. KDRT itu namanya, gue bisa aja ajuin ke pengadilan supaya gue bisa,-" sebelum ucapan Farel selesai sudah ditahan dengan ucapan datar dengan tatapan yang tajam.

"Bisa apa?" tanya Reynard. Farel menoleh pada Reynard yang menatapnya tajam, sesekali menatap kedepan melihat jalan. Farel menengguk liurnya seret.

"Kok ja-di elo yang ma-rah?" tanya Farel gagap.

"Jangan pernah mikir perceraian atau apapun Farel. Aku nggak suka!" tegas Reynard. Tanpa sadar menggunakan aku-kamu pada kalimatnya.

"Hem. Iya," jawab Farel mengangguk patuh.

Sedangkan dua si joli tengah menahan tawa melihat drama menarik di depan.

"Kalau kita udah nikah bakal tengkar kayak gitu nggak ya?" bisik Faro pada Nava.

"Emang siapa yang mau nikah sama kamu?" jawab Nava begitu polosnya.

"Sayangg!!!" gemas Faro.

TOO (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang