Chapter 34 : Marah!

26 4 0
                                    

Disclaimer!!!

Cerita ini hanya fiktif belaka, funfiction, humor, sedikit bumbu yang bikin esmosi, kegabutan yang nulis jadi pikirannya ngelantrah kesana sini, dan bahasanya mengandung pasir.

PERHATIAN!!!

CERITA INI BERJENIS FICLET
SETIAP CHAPTER TIDAK LEBIH DARI 1000 KATA
JANGAN ADA YANG PELAGIAT!
COPY PASTE!
APALAGI NGE-REPOST!
DILARANG KERAS!

YANG NGGAK SUKA MINGGIR!
YANG SUKA SHARE+VOTE

~oOo~

PERHATIAN LAGI!
TOKOH ADALAH MURNI MILIK SANG PENCIPTA
SAYA HANYA MEMINJAM KARAKTER DAN SIFAT

~About Time~

"Sayang masih marah?"

"Menurut kamu, istri mana yang enggak marah kalo diperlakuin kasar sama suaminya hah!"

"Aku minta maaf, aku cuma—"

"Kamu aneh tahu enggak!"

"Sayang..."

Suara isakannya menghentikan Agam.

Dirinya merasa bersalah.

Dia tadi memang sempat tersulut emosi karena Bening mengatakan akan meninggalkannya.

Tapi..

Hhh

"Aku kesel karena kamu mau pergi, aku gak paham apa yang kamu bicarain seorang diri tadi. Aku cuma—aku sayang sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu."

Tubuh Bening kaku mendengarnya. Terdengar begitu tulus.

"Aku sedih kamu menolak aku terus, aku sedih kamu ngomong sesuatu yang enggak aku pahami. Aku sedih kamu maki, aku sedih kamu gak inget aku!"

"Mas, aku memang gak inget apapun. Pertemuan kita, pernikahan, aku gak tau. Aku gak pernah ada diposisi ini sebelumnya. Aku bingung aku mau kehidupanku yang dulu."

"Kehidupan yang mana?"

Bening memejam. Dadanya berdenyut nyeri. Agam memang tak tahu kehidupannya terdahulu.

"Lupain aja, aku mau istirahat."

Tapi...

"Akh!" ditariknya tangan Bening.

"Tunggu kita belum selesai. Dengerin aku," Agam jeda kalimat, membingkai wajah Bening lalu mengusapnya lembut.

"Jangan ingat apapun, jangan paksa apapun. Suka atau enggak kamu milikku, kamu disini. Ada di dunia ini, itu takdir. Jadi aku mohon berhenti berpikir untuk balik lagi ke kehidupan yang kamu ucapin, oke. Aku cuma mau kamu, gak lebih. Jadi stop! aku gak mau denger apapun lagi soal kehidupan kamu yang dulu."

Tubuh Bening beneran kaku. Matanya menatap mata Agam yang berkaca-kaca, sesedih itukah suaminya ini.

Karena dirinya.

Bersamaan dengan gelegar petir, tangis Bening pecah.

Lututnya lemas, ia bersimpuh. Menangkup wajahnya yang basah.

"Aku cuma bingung." Katanya.

Agam menghela napas lelah, lalu berjongkok. Meraih tubuh sang istri.

"Aku minta maaf sayang.... "




























































"Cium aku mas."

☆《ᴀʙᴏᴜᴛ ᴛɪᴍᴇ》☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang