Chapter 21 : Kantor

33 4 0
                                    

Disclaimer!!!

Cerita ini hanya fiktif belaka, funfiction, humor, sedikit bumbu yang bikin esmosi, kegabutan yang nulis jadi pikirannya ngelantrah kesana sini, dan bahasanya mengandung pasir.

PERHATIAN!!!

CERITA INI BERJENIS FICLET
SETIAP CHAPTER TIDAK LEBIH DARI 1000 KATA
JANGAN ADA YANG PELAGIAT!
COPY PASTE!
APALAGI NGE-REPOST!
DILARANG KERAS!

YANG NGGAK SUKA MINGGIR!
YANG SUKA SHARE+VOTE

~oOo~

PERHATIAN LAGI!
TOKOH ADALAH MURNI MILIK SANG PENCIPTA
SAYA HANYA MEMINJAM KARAKTER DAN SIFAT


~About Time~

"Mas gak apa-apa aku ikut?"

"Iya, emang kenapa?"

Benung geleng. Gak enak aja harus ikut suaminya ke kantor.

Nanti bisa aja suaminya enggak fokus.

"Aku dirumah aja ya?"

Merengek.

Gak enak hati tapi...

"Ikut aja, kamu juga pasti bosen di rumah. Sekalian aku mau ngenalin kamu."

Huft...

Bening iya iya aja.

Mereka udah didepan gedung berlantai 20, Bening dongak.

Suaminya kaya ternyata.

Ehe, baru tau.

Pemilik gedung didepannya ini.

"Yuk!"

Tangannya di raih, digenggam sepanjang jalan.

Banyak tatapan mata mengarah kearahnya. Bening malu.

Kalo di drakor tuh, kek dia pemeran utama. Diliatin sepanjang jalan.

"Mas?"

Bening gak nyaman ditatap demikian. Kok kesannya dia kaya miss world.

Ehe kejauhan.

"Gak nyaman ya? Mereka baik kok, mungkin aneh liat aku gandeng cewek cantik."

Sial!

Bisa-bisanya Bening merona.

"Eh pipinya merah."

Dan jadi sasaran kegemasan. Setelah melayangkan kecupan, muka Bening tambah merah.

Agam enggak peduli, toh yang dia cium istrinya.

Kaget.

Banyak tatapan memuja, iri dan penasaran.

Sampe di sebuah ruangan, Bening di suruh duduk.

Nyampe satu jam.

Agam? Ngilang!

Gak tau kemana..

Tapi..

Tap tap!

"Maaf bu, bisa ikut saya?"

Cewek nongol dibalik pintu.

Alisnya bertaut, bingung.

"Kemana?" Kepalanya miring.

"Pak Agam yang minta saya bawa ibu."

Oh, perintah.

"Mari."

Bening ngekor dibelakang sosok perempuan muda, rambut di kuncir kuda. Pake blezer. Rapi. Menarik.

"Silahkan."

Bening masuk ke sebuah ruangan lebih luas dan terperangah.

Di dalem banyak orang, di dominasi cowok.

Ngeliatin.

Ada Agam lagi senyum. Terus....

"Sayang sini."

Bening maju, agak malu.

"Semuanya perkenalkan, ini Bening istri saya."

Banyak reaksi yang di dapat...

"Cantik istrinya pak."

"Terima kasih."

"Ibu lagi isi ya?"

Nengok kanan kiri. Bening isi?

Cireng?

"Hamil maksudnya bu, kan nikahnya udah hampir 6 bulan. Iyakan?"

Oh.

Enggak.

Pertanyaan sensitif.

Menjurus kurang ajar.

Gak sopan.

Agam senyum manis walaupun kesel, tapi Bening yang ngeliatnya sendu.

"Doain ya pak, semoga secepatnya."

Pinggangnya direngkuh, pelipisnya di kecup.

Malu...

Tapi, sedih.

"Mas?"

"It's okay."

Bening tahu, suaminya enggak baik-baik aja.

"Mas kamu oke?"

Agam enggak jawab, dia usap kepala sang istri.

Ditatap, nyampe Bening salah tingkah.

Cantik banget istrinya.

Tapi moodnya berubah jepek, dia natapin orqng yang tadi nyeletuk nanya udah hamil apa belum sam istrinya.

Beneran gak sopan.

Kira-kira harus diapain ya?

Dan...

"Pak, bisa kita lanjutkan rapatnya?"

Ah lupa.

Agam berdeham canggung karena asik sama acara nyusun rencana balas dendam di kepalanya.

"Kamu tunggu di ruangan aku ya, 30 menit lagi aku beres."

Bening ngangguk terus pamit.

Gila jantungnya kek abis marathon.

Dag dig dug gak karuan.

Debarannya nyampe bikin lemes.

"Kenapa bu?"

Sosok si kuncir kuda yang nganterin setia disampingnya.

"Saya pusing, tiba-tiba mual."

"Ibu sakit?"

"Enggak, saya sehat ko. Cuma agak mual dikit."

Anehnya sosok itu senyum manis.

Bikin Bening heran.

"Bilang bapak aja bu, kayanya harus diperiksa ke dokter. Siapa tau......

























































































Ibu beneran hamil."

☆《ᴀʙᴏᴜᴛ ᴛɪᴍᴇ》☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang