Chapter 37 : Bertemu Nenek

24 5 0
                                    

Disclaimer!!!

Cerita ini hanya fiktif belaka, funfiction, humor, sedikit bumbu yang bikin esmosi, kegabutan yang nulis jadi pikirannya ngelantrah kesana sini, dan bahasanya mengandung pasir.

PERHATIAN!!!

CERITA INI BERJENIS FICLET
SETIAP CHAPTER TIDAK LEBIH DARI 1000 KATA
JANGAN ADA YANG PELAGIAT!
COPY PASTE!
APALAGI NGE-REPOST!
DILARANG KERAS!

YANG NGGAK SUKA MINGGIR!
YANG SUKA SHARE+VOTE

~oOo~

PERHATIAN LAGI!
TOKOH ADALAH MURNI MILIK SANG PENCIPTA
SAYA HANYA MEMINJAM KARAKTER DAN SIFAT

~About Time~

Pertengkaran dua hari lalu nyatanya menyisakan hening.

Dingin.

Bungkam.

Dan aneh.

Bening maupun Agam sama-sama diam.

Tapi tidak mau berlama-lama.

Bening angkat bicara.

"Mas?"

Agam diam.

Seperti hari lalu.

Tapi pendengarammya berfungsi dengan baik.

"Kita perlu bicara."

Agam mengekor.

Duduk berhadapan.

"Aku harus pergi."

Agam melotot, tapi segera bersikap biasa aja.

"Kemana?"

"Ke suatu tempat."

Bening kangen si tampan.

Yang tiap pagi ngasih kecupan.

Yang setiap pulang kerja nanyain kabar.

Yang biasanya ngedusel.

Tapi..

Hhh...

"Bisa minta tolong suruh Reno anterin aku?"

Dahi berkerut.

"Reno?"

Hum.

Jawaban berupa anggukan.

Agam sansi.

Se-tidak-mau itukah Bening bersamanya.

Sampai memilih Reno untuk menemaninya.

Oh salah paham.

"Ya."

Bening hanya diam. Ia ingin mengatakan kemana ia pergi, tapi...

Melihat wajah dingin Agam. Nyalinya menciut.

Mungkin nanti ia akan mengatakan yang sejujurnya.

Setelah ini.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Bening harap harap cemas.

Nenek tua yang tempo hari ia temui tak kunjung menampakkan batang hidung.

Atau jangan-jangan cuma ilusi?

Tangannya agak gemeter, menanti bocah tengik keponakannya, Reno.

"Kakak!"

Ah itu dia.

Dia bergegas, menghampiri.

"Dimana nenek itu?"

"Santai."

Bening berdecak.

"Lama, buruan!"

"Kalo mau ketemu ya sabar."

Huh oke.

Tarik napas....

Hembuskan.

Tarik napas....

Hembuskan.

"Kakak janji setelah ini akan terima apapun keputusannya ya. Aku gak akan bantu kakak lagi."

"Heh ko gitu?"

"Tugas aku udah beres."

"Tugas kamu ngapain, pacaran!"

Berdecih.

"Gak lah. Janji dulu nih!"

Hah, iya deh musti nurut.

Kalo enggak gak bakal kelar.

Ya kan.

"Iya, janji."

Wuuushh!

Angin berhembus kencang.

Tubuh Bening terlempar ke dimensi lain.

Tubuhnya seperti disedot pusaran angin, kencang.

"Aaaaaaaaa!!!"

Teriak..

Kepala pusing.

Brug!

"Aaaaa—"

"Berisik!"

Bening mengerjap.

Lah, si nenek.

Ko?

Eh, dimana ini?

Si nenek berada di hadapannya. Menatap dengan serius.

"Saya gak akan bicara dua kali." Si nenek nampak serius membuat Bening keanehan.

"Nek, ken—"

"Kamu memutuskan untuk kembali ke duniamu? Meninggalkan suami idamanmu, melanjutkan studimu, dan menghalukan Park Chanyeol mu. Baik selamat jalan..."

"Hah! Nek tunggu—"

Sret!




























































































"JANGAN ASAL TARIK TANGAN ORANG NENEK PEOT!!"

Huh?

☆《ᴀʙᴏᴜᴛ ᴛɪᴍᴇ》☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang