Chapter 28 : Nenek itu?

25 5 0
                                    

Disclaimer!!!

Cerita ini hanya fiktif belaka, funfiction, humor, sedikit bumbu yang bikin esmosi, kegabutan yang nulis jadi pikirannya ngelantrah kesana sini, dan bahasanya mengandung pasir.

PERHATIAN!!!

CERITA INI BERJENIS FICLET
SETIAP CHAPTER TIDAK LEBIH DARI 1000 KATA
JANGAN ADA YANG PELAGIAT!
COPY PASTE!
APALAGI NGE-REPOST!
DILARANG KERAS!

YANG NGGAK SUKA MINGGIR!
YANG SUKA SHARE+VOTE

~oOo~

PERHATIAN LAGI!
TOKOH ADALAH MURNI MILIK SANG PENCIPTA
SAYA HANYA MEMINJAM KARAKTER DAN SIFAT


~About Time~

Agam gandeng tangan Bening sepanjang jalan.
Sesekali dia rangkul pinggang istrinya, terus pelipis si cantik dapet sasaran.

"Ngapain kita kesini?"

Bening diem depan pintu, agak aneh pas Agam bawa di ke show room mobil.

"Beli mobil."

Balas Agam, terus ngerangkul bahu istrinya buat masuk lebih dalam.

"Kan mobil ada, mas mau beli lagi?"

"Bukan buat mas, tapi buat kamu."

Bening berhenti jalan, natap Agam pake alis keangkat satu.

"Aku?"

Agam ngangguk, "yuk!"

Bener aja, Bening disuruh milih mobil mana yang dia suka. Udah ada dua pilihan, yang satu Honda Civic RS keluaran terbaru, yang satu lagi Peugeot 3008, beuh harganya setengah M.

Bening nyampe pening.

Iya sih suaminya kaya, tapi buat mobil segitu.. Sayang atuh.

Emang Bening mau kemana pake mobil?

"Mas, gak usah deh. Mending uangnya tabung, lagian buat apa mobil kan mas ada."

Agam senyum, dia paham ko maksudnya. Tapi sesekali Agam pengen ngasih hadiah ke istrinya.

Pipi si cantik dicubit, "Buat jaga-jaga sayang, milih aja mau yang mana hum?"

"Enggak ah!"

"Loh, kok gitu. Beneran loh ini mas mau beliin."

"Ya tapi uangnya darimana?"

"Beli mobil doang gak bakal bangkrut."

Agam senyum, ngusap pipi Bening. Pegawai disana yang liat jadi panas dingin, sirik liat orang pacaran.

"Mba pilih ini aja ya." Agam nunjuk mobil yang harganya lumayan nguras isi dompet.

Tapi buat Agam segitu mah... Eum!

Banyak!

Ea!

"Baik pak, mari saya antar untuk mengurus surat-surat dan sekalian pembayarannya."

"Aku kesana dulu."

Keningnya di kecup. Bening nyampe merona karena pada ngeliatin.

Agam pergi sama pegawai ke counter pembayaran, Bening mah duduk sambil scroll hape.

Pasrah aja lah, terserah si tampan. Percuma juga nolak rezeki kan ya.

Tiba-tiba...

"Kamu bahagia nak?" Sosok tua muncul disampingnya.

"Nenek!"

Bening berdiri, agak kaget liat sosok nenek yang sering muncul di mimpinya.

"Iya ini saya. Kamu keliahatan bahagia?"

Bening naikin alis, bahagia dari segi apaan?

Wong setelah ke masa depan dia sering stress. Apalagi dia belum dapet jawaban kenapa dia bisa di masa sekarang.

"Yang ada saya stress terus nek!"

Bening berdecak, "Nek, pasti nenek kan yang bikin saya ada disini?" tudingnya kemudian.

Si nenek terkekeh.

"Bukan, itu kemauan kamu sendiri."

Abis ngomong gitu si nenek pergi, Bening mematung ditempat belum paham apa yang nenek tadi omongin.

Kemauan dia, maksudnya apa coba?

"Nek!"

Gak mudeng, si nenek jalan lurus nyampe keluar pun teriakan Bening enggak didenger.

"Hey, manggil siapa?"

"Itu, nenek itu yang—"

Bening nunjuk keluar dimana si nenek tadi lagi berdiri pinggir jalan.

Agam natapin istrinya bingung, terus liat keluar liat ke Bening lagi, "Nenek mana, gak ada siapa-siapa sayang."

Hah!

Masa?

Becanda!

Masa enggak liat.

"Itu mas, tuh yang pake baju biru. Nenteng keranjang bunga."

Sekali lagi Agam liat keluar, "Gak ada ih, orang disana gak ada siapa-siapa."

Bening kesel, Agam malah becanda.

"Mas ih!"

"Apa sih, kan emang gak ada siapa-siapa disana. Coba tanya sama yang lain gih kalo gak percaya, ngawur kamu!"

"Ish!" Bening misuh-misuh, terus nanya ke salah satu pegawai.

"Mas liat nenek disana enggak, yang bawa keranjang?"

Si mas mas nya malah bengong, terus garuk kepala.

"Maaf bu, tapi disitu enggak ada siapa-siapa. Salah lihat mungkin bu."

Abis ngomong gitu, si mas masnya pergi sambil gidik ngeri.

Bening?

Liatin si nenek yang kali ini nengok terus senyum.



























































































"Cuma kamu yang bisa lihat nenek, nak. Sampai ketemu lagi. Semoga kebahagiaan menyertaimu."

☆《ᴀʙᴏᴜᴛ ᴛɪᴍᴇ》☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang