Chapter 29 : Mikirin itu...

25 5 0
                                    

Disclaimer!!!

Cerita ini hanya fiktif belaka, funfiction, humor, sedikit bumbu yang bikin esmosi, kegabutan yang nulis jadi pikirannya ngelantrah kesana sini, dan bahasanya mengandung pasir.

PERHATIAN!!!

CERITA INI BERJENIS FICLET
SETIAP CHAPTER TIDAK LEBIH DARI 1000 KATA
JANGAN ADA YANG PELAGIAT!
COPY PASTE!
APALAGI NGE-REPOST!
DILARANG KERAS!

YANG NGGAK SUKA MINGGIR!
YANG SUKA SHARE+VOTE

~oOo~

PERHATIAN LAGI!
TOKOH ADALAH MURNI MILIK SANG PENCIPTA
SAYA HANYA MEMINJAM KARAKTER DAN SIFAT


~About Time~

"Yang?"

"Hm?"

"Pergi yuk, ke pantai."

Bening noleh, ngangguk.

"Boleh. Kapan?"

"Sekarang."

Bening lihat jam, "Udah sore, besok pagi aja."

"Enggak sekarang aja, yuk siap-siap kita nginep."

"Eh!"

Telat.

Agam udah masuk kamar, Bening menghembuskan napas pasrah. Emang seenaknya aja si tampan. Tapi...

"Yang buruan nanti kemaleman."

Seneng juga mau ke pantai.

Mereka udah ada di mobil.

Ke pantai butuh waktu dua jam, soalnya mereka dari kota.

Mereka sampe saat langit udah gelap. Agam sibuk mainin hape di depan villa, sedangkan Bening baru aja beresin tempat tidur.

"Mas, kamu enggak mandi?"

"Enggak, nanti aja. Cari makan yuk!"

Agam genggam tangan Bening, terus mereka jalan beriringan.

Daerah ini gak terlalu rame pengunjung, kelihatannya sih kaya tempat pribadi. Agam sewa satu villa kecil cuma satu kamar, dan ada dapurnya.

Rencana sih mau nginep dua malem, gak tau deh Agam tiba-tiba pengen liburan.

Mereka masuk salah satu resto seafood. Agam milih tempat duduk di lantai atas, alasannya pengen lihat laut di waktu malam.

"Uh dingin." Kata Bening.

Agam geser kursi, tanpa aba-aba tangannya melingkar dipinggang Bening.

Jantung si cantik berdegub gak karuan. Rasanya aneh aja, soalnya belum terbiasa.

Ya walaupun mereka pernah saling sentuh dalam artian (kutip)..

"Udah anget?" Bening ngangguk kaku, terus mukanya di buang natapin laut.

"Kenapa pengen ke pantai?"

"Kangen aja, udah lama juga enggak nyium bau laut."

"Oh."

Hening.

Hingga makanan yang dipesen tiba. Mereka makan dalam diam, enggak ngomong.

Bening nikmatin suasana, Agam sibuk sama pikirannya.

"—mas?"

"Eh iya, kenapa?"

"Mikirin apa sih?"

"Oh, enggak ada. Makannya udah?"

"Hum."

Agam ngulurin tangan, dan disambut Bening. Mereka keluar resto.

"—Hari sabtu. Mas kamu dengerin aku enggak sih?!"

Bening sedikit meninggikan suara, dan berhasil bikin Agam gelagapan.

"Kamu ngomong apa?"

Huh..

Sabar Bening, sabar...

"Kamu ko ngelamun terus, mikirin apa?"

"Gak ada. Yuk ah balik, dingin ya."

Bening digiring, ah enggak dia diseret.

Terus Bening berhenti, natap Agam lebih dalam.

"Kenapa?"

Suara Bening lembut, rahang si tampan diusap.

"Aku cuma kepikiran sesuatu."

Dapat Bening lihat kalo mata Agam itu sedih, gelisah dan ragu.

"Kamu bisa bagi ke aku, mas."

Agam natapin Bening. Dikecupnya kening si cantik.

Kedua kening menyatu, deru napas hangat berhembus bersautan.

"Aku pengen

























































































































punya anak."

☆《ᴀʙᴏᴜᴛ ᴛɪᴍᴇ》☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang