2. Arrested

1.1K 157 14
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Ternyata perhitungan mereka salah. Sekarang masih malam hari dan bola matahari sama sekali belum menampakkan wujudnya dari kaki timur. Tetapi, sekitar 10 pasukan kerajaan sudah sampai di panti asuhan dengan gedung reot tersebut.

Orang-orang berseragam kerajaan itu berteriak, menyuruh seluruh penghuni panti untuk keluar, agar mereka bisa memeriksa lebih leluasa. Masing-masing anak di cek, mulai dari telinga, dan juga reflek dari anak-anak tersebut. Biasanya, para Elf yang masih anak-anak tidak mampu mengendalikan kekuatan mereka sepenuhnya, jadi jika mereka merasa terancam atau disakiti, kekuatan itu akan keluar sendiri dari tubuh mereka. Dan itulah yang sekarang sendang dilakukan para prajurit istana. Mencubit lengan anak-anak yang tidak bersalah itu dengan begitu kencang hingga membuat mereka menangis.

Pengurus panti tidak bisa melakukan apa-apa selain diam dan menunduk. Jika mereka berani melawan, maka kemungkinan besar mereka akan babak belur dipukuli oleh para prajurit itu. Mereka suka main hakim sendiri.

Setelah selesai memeriksa seluruh anak yang berada di luar, para prajurit istana masuk ke dalam panti, memeriksa satu persatu ruangan. 3 prajurit terdepan maju paling awal. Tugas mereka bukan mencari, tapi mencium. Mencium aroma para Elf yang mungkin saja bersembunyi.

Salah satu prajurit berhenti di depan dinding di ujung lorong. Lelaki berbadan kekar itu menatap dinding lorong lamat-lamat, seakan tahu apa yang tersembunyi di baliknya. Ia mencoba mendorong tembok tersebut, tapi hasilnya nihil. Tembok itu tetap bergeming.

Sementara itu, di bawah sana, ketegangan menyelimuti mereka. Seyanor dan Sheyon ada bersama kelima anak Elf yang sekarang tengah merinding ketakutan. Mereka dapat mendengar suara mengerikan di atas sana.

Kakak beradik itu semakin erat memeluk anak-anak itu begitu mereka dengar suara di atas sana semakin banyak yang mendekat. Mereka hanya bisa berharap agar dinding itu tidak akan merekah bagi prajurit istana.

Prang!

Suara pecahan kaca itu sontak membuat prajurit itu menoleh kearah sumber suara. Tepat di ruangan di sampingnya, Iyris berdiri kaku di atas lantai yang berserakan kaca.

"Hei, siapa kau?" Prajurit itu bertanya lantang, mendekati perempuan tersebut. Ia sudah mempersiapkan senapan di balik pakaiannya.

Ekspresi wajah perempuan itu tenang, tidak menunjukkan ketakutan sedikitpun, walaupun sebenarnya jantungnya terasa ingin copot. Berurusan dengan mereka sama saja dengan cari mati.

Karena suara pecahan itu juga, prajurit yang lain ikut menghampiri ruangan tersebut. Meninggalkan dinding yang sebelumnya sempat mereka curigai. Mereka memeriksa Iyris, dan begitu melihat telinga runcing gadis itu, mereka segera menahannya dengan borgol khusus yang menutupi seluruh area telapak tangan, agar Iyris tidak bisa menggunakan kekuatannya. Yah, gadis itu juga tidak ada niatan untuk menyerang atau memberontak. Tujuannya memang untuk masuk kedalam kehidupan keji di balik dinding-dinding istana.

Seyanor dan Sheyon saling bertatap-tatapan begitu mereka mendengar Iyris telah ditangkap.

Seyanor memijat pelipisnya, tidak habis pikir dengan gadis itu. Ternyata ia benar-benar ingin menjalankan rencananya. Satu-satunya pilihan jika sudah masuk kedalam istana adalah bekerja seumur hidup atau mati. Andai saja Iyris tahu pekerjaan macam apa yang harus ia kerjakan.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang