43. The Devil in Disguise

742 99 19
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Iyris membeku di tempatnya. Kakinya seketika terasa lemas. Bukan karena merasa takut sebab mengira Jayard adalah hantu, tapi karena Ia sudah mengkhianati lelaki itu dan mencoba membunuhnya. Lelaki itu pasti menyimpan dendam dan amarah yang sangat besar padanya dan Iyris tidak tahu seberapa besar api amarah itu bisa melahapnya, atau bahkan teman-temannya juga.

Seorang perempuan diseret ke hadapan Iyris. Kedua tangan perempuan itu diikat dan kepalanya di tutup karung goni. Iyris mengenal tubuh ringkih, kulit pucat, dan baju yang dikenakan oleh perempuan itu.

"Tentu kau tahu siapa dia." Jayard membuka karung goni yang menutupi kepala perempuan itu dengan kasar. "Padahal jika dia tidak berkhianat padaku dan bergabung dengan si Borwel sialan itu, aku akan membiarkannya bebas." Tangan Jayard bergerak untuk menjambak rambut merah Morwen, memaksa perempuan itu untuk menatapnya. "Dia sama bodohnya denganmu, langsung percaya begitu saja padaku hanya dengan godaan dan kata-kata manis. Tapi dia cukup berguna. Karenanya aku bisa tahu posisi kalian."

"Aku tidak pernah percaya pada tipu muslihatmu," sangkal Iyris.

"Bukan aku, tapi kakaku."

Iyris tertegun, masih belum mengerti apa yang Jayard katakan.

"I-iyris, aku minta maaf-" Morwen berkata lirih.

"Kata maaf tidak akan berguna sekarang," Jayard menjambak rambut Morwen semakin kencang. "Temanmu itu sudah tidak mempercayaimu lagi. Kau sudah membantuku untuk membawa kehancuran bagi bangsamu sendiri," bisik Jayard.

Jayard melepas kasar rambut Morwen, mengelap tangannya menggunakan saput tangan dengan ekspresi jijik. Setelahnya lelaki itu mengeluarkan pedangnya, dengan cepat menebas kepala Morwen hingga terpisah dari lehernya. Darah muncrat ke mana-mana hingga mengenai wajah Iyris. Kepala Morwen menggelinding hingga berhenti di kaki Iyris. Ekspresi perempuan itu mengerikan. Matanya mendelik penuh ketakutan. Sudah tidak ada lagi kehidupan di mata hijau tersebut.

Iyris membeku di tempatnya. Kakinya terasa semakin lemas dan tenggorokannya seakan dicekik. Teriakan tidak bisa keluar dari mulutnya. Air mata tidak bisa keluar dari pelupuk matanya. Itu terjadi begitu cepat. Iyris tidak sempat menghentikan Jayard.

"Dia sudah tidak dibutuhkan." Jayard menyimpan kembali pedangnya yang berlumuran darah. Darah Morwen. "Ini menyita banyak waktu, jadi kuperjelas saja," Jayard mengeluarkan sesuatu dari balik mantel tebalnya, melemparkannya pada Iyris. Untungnya Ocarina miliknya itu berhasil Iyris tangkap. Jayard juga mengeluarkan sebuah buku dari mantelnya dan Iyris semakin dibuat ketakutan saat mengetahui buku apa itu. Istori'es Pnevada ka'i Thein. "Kenal dengan benda-benda ini?" Jayard tersenyum licik. "Si Borwel payah itu meninggalkan semua barang penting ini di kereta kuda kalian. Memang tidak seharusnya raja menjadikan orang bodoh sebagai jendral general."

Iyris masih membeku di tempat dengan ekspresi horornya. Tangannya menggenggam erat ocarina miliknya. Tentu saja Jayard ikut andil dalam penangkapan mereka malam itu.

"Aku baru selesai membacanya. Buku dongeng yang menarik." Jayard membolak-balikan buku tersebut, memandangnya remeh. "Aku jadi berpikir apakah dongeng ini nyata."

"Yang lain tidak ada hubungannya dengan apa yang kau cari. Lepaskan mereka." Iyris akhirnya bisa memaksa mulutnya untuk berbicara.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang