1. Orphanage

1.6K 178 5
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

"JANGAN BIARKAN BABI ITU LEPAS!"

"NGIKK!"

Babi hutan itu terus berlari kedalam hutan, menghindari para Elf yang mengejarnya.

Iyris terus berlari dengan busur dan anak panahnya, mendahului laju lari babi hutan itu. Ia sudah siap di balik semak-semak, membidik panahnya kearah babi hutan. Sejurus kemudian, ia melesatkan anak panah tersebut. Babi hutan itu sempat memekik kesakitan sebelum akhirnya tumbang.

Gadis bersurai seputih salju itu keluar dari tempat persembunyiannya untuk menghampiri babi hutan yang sudah terkulai lemas di atas tanah. Senyuman puas mengulas di wajahnya.

"Kerja bagus, Iyris! Kau semakin hari semakin pintar saja memanah." Sheyon ikut mendekat, membantu Iyris untuk mengangkat babi hutan tersebut.

"Hei, Iyris!" panggil salah satu Elf yang tadi juga ikut berburu. "Ada yang mencarimu di panti," lanjutnya.

Iyris berpamitan lebih dulu kepada Sheyon, sementara lelaki itu berdecak sebal, karena sekarang, ia harus menggotong sendiri babi hutan tersebut.

🍂

Sesampainya di panti asuhan yang berdekatan dengan hutan tempat ia berburu tadi, Iyris segera membetulkan penampilannya dan melepas sepatu bot yang penuh dengan tanah. Walaupun ia sudah bukan bagian dari panti asuhan tersebut karena umurnya sudah menginjak 20 tahun, tapi ia sering mengikuti acara sukarelawan untuk membantu anak-anak panti asuhan, dan secara tidak langsung, ia sudah terikat dengan panti asuhan tersebut. Pemiliknya saja sudah mengenalnya sejak ia berumur 9 tahun.

Di dalam salah satu ruang tunggu, Seyanor dan seorang manusia si pemilik panti asuhan sudah menunggu kedatangannya. Ekspresi mereka terlihat gelisah, pertanda bahwa itu bukan kabar baik.

Lelaki tua pemilik panti asuhan mempersilahkan Iyris untuk duduk. Lelaki tua itu kemudian memperlihatkan sepucuk surat dengan cap bertinta merah milik kerajaan di bagian ujung kanan bawahnya. Melihat itu saja perasaan gadis itu sudah tidak enak. Rasa-rasa penuh dendam menyeruak di hatinya.

Setelah beberapa saat membaca surat itu, rahang gadis itu terkatup rapat. Rasa emosi yang bercampur aduk memenuhi hatinya.

Surat itu berisikan tentang pihak kerajaan yang akan memeriksa seluruh panti asuhan di Havalen, dan jika ada yang ketahuan menerima anak kaum elf, maka panti asuhan itu akan ditutup dan anak-anak para kaum elf akan di bawa ke istana, entah untuk apa.

Iyris semakin naik pitam dibuatnya. Mengapa mereka sangat terobsesi dengan kaumnya? Mengapa kaum mereka sangat suka menyiksa kaumnya? Bukankah mereka sudah mendapatkan yang mereka inginkan? Kekuasaan hingga membentuk kekaisaran, kekuatan yang jauh lebih besar, apakah itu tidak cukup? Apa yang mereka incar sekarang?

Mereka tidak meminta perwakilan dari pihak Duke seperti dulu, melainkan langsung dari pihak kerajaan. Itu berarti raja sendiri sudah setuju dengan budaya memperbudak tersebut.

"Kita harus segera membawa anak-anak itu ketempat yang aman," ujar lelaki tua itu setelah dirasanya Iyris telah selesai membaca surat tersebut.

"Kita hanya memiliki waktu hingga matahari terbit esok pagi. Jika kita tidak berhasil keluar dari wilayah Ostrila menuju Grasovic bersama anak-anak itu, maka kita bisa segera tertangkap." Seyanor ikut bergabung dalam diskusi. "Grasovic adalah satu-satunya wilayah terdekat yang tidak berada di bawah kekuasaan Duke, jadi seharusnya mereka aman di sana untuk sementara waktu." lanjutnya.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang