27. The Night of the Coronation

539 102 2
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Malam penobatan

Para pengawal membawa tubuh lemas Halsten menuju kamarnya, membaringkan lelaki itu di atas kasur. Sepeninggalan para pengawal itu, Halsten berusaha untuk mengembalikan kesadarannya. Entah mengapa, tiba-tiba saja tubuhnya terasa amat lemas dan mengantuk. Halsten pikir itu adalah efek dari dosis obatnya yang tidak seperti biasanya, tapi ia tidak mengira kalau efeknya akan sekuat itu.

Namun, tiba-tiba saja, cahaya super terang kembali menyerang indera penglihatannya tanpa permisi. Sontak Halsten terjingkat, bangun dari tidurnya. Ia menyapu pandangannya ke segala arah, nampak kebingungan. Tepat di depannya, ia melihat Jayard dan Iyris, tapi kedua orang itu sepertinya tidak bisa menyadari kehadirannya.

"Ayolah, bukankah kita memiliki tujuan yang sama? Menyingkirkan pangeran penyakitan itu." Halsten mendengar samar-samar ucapan yang baru saja Jayard lontarkan. Semakin lama indera pendengarannya dapat mendengar suara di sekitar dengan jelas.

Semua orang membencimu, batin Halsten pada dirinya sendiri. Hatinya terasa diremat begitu mendengar kata-kata yang baru saja Jayard lontarkan. Walaupun ia tidak yakin semua kejadian yang ia lihat saat cahaya terang itu datang adalah kejadian yang nyata atau tidak, tapi tetaplah menyakitkan saat mendengar orang yang ia rasa paling dekat dengannya malah melontarkan kata-kata seperti itu.

"Anda tidak menyadarinya selama ini? Darah anda dapat membunuh Arboriv, dan begitu biji pohon itu ada di tangan saya, saya dapat mengabulkan seluruh kehendak, termasuk keinginan anda." Jayard kembali berujar. Lelaki itu terus menerus memberikan janji dan rasa yakin pada Iyris.

Halsten masih menyaksikan kedua orang tersebut. Ia mulai mengerti dengan apa yang terjadi. Tak lama kemudian, Halsten tambah dibuat kebingungan dengan Iyris dan Jayard yang saling mendekatkan wajah. Apa yang hendak mereka lakukan? Namun, kebingungan itu sontak sirna begitu ia melihat Iyris menikam Jayard hingga lelaki itu terkulai lemas di atas lantai.

Halsten menatap kosong tubuh sang Adik yang tergenang darah dan Iyris yang tengah memegang pisau di tangannya. Adiknya, yang sejak dulu selalu menemaninya, sekarang meregang nyawa karena seorang Elf, bangsa yang sejak dulu menjadi musuh besar bangsanya.

"Terus berteriaklah di neraka." Begitu kata-kata itu terlontar keluar dari mulut Iyris, cahaya super terang itu kembali membutakan Halsten.

Saat membuka matanya, Halsten sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat yang lembab dan beraroma besi menyengat. Ia berada di dalam penjara. Tepat di sampingnya, Iyris dan Jake juga tertahan di sel mereka masing-masing. Halsten tahu kalau ia belum terbangun dari tidurnya.

Dengan seksama Halsten mendengar percakapan di antara mereka berdua. Tentang bagaimana mereka bisa di tahan dan alasan-alasan konyol yang mereka lontarkan.

"saya mengganti obatnya karena di dalam obat yang Jayard racik ada kandungan yang bisa membuat orang gila. Saya sama sekali tidak berniat membunuh saudara saya. Terserah ingin percaya atau tidak." Demi mendengar apa yang baru saja Jake katakan, Halsten dengan cepat menoleh kearah sang Adik. Sepertinya semua ini memang benar hanya mimpi, karena tidak mungkin seorang Jake yang selalu cuek dan dingin padanya itu mau bersusah payah mengganti obat untuk dirinya. Tapi setelah dipikir-pikir, ini semua mulai terdengar masuk akal, saling terikat satu dengan yang lain.

"Karena saya berusaha membunuh Pangeran pertama." Halsten berdengus, tidak habis pikir dengan alasan mengapa Iyris ditahan.

"Kau sebenci itu dengan saya?" Halsten menatap Iyris dengan wajah pongah, berharap agar perempuan itu tersulut emosinya. Tapi apa daya, keberadaannya saja tidak nyata.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang