38. The Lightning Summoner

451 98 9
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Untuk yang kesekian kalinya, malam menghentikan perjalanan mereka. Iyris mulai muak dengan perjalanan mereka yang begitu panjang dan hanya berhenti untuk makan makanan yang lagi-lagi adalah daging kelinci. Dari sekian banyaknya hewan di hutan, kelinci hutan adalah salah satu hewan yang paling sering di temukan, jadi mau tak mau, untuk bertahan hidup, mereka harus memakan daging tersebut selama beberapa hari.

Tanpa banyak bicara, Iyris segera menghabiskan jatah daging miliknya dan memutuskan untuk meninggalkan yang lain yang tengah asyik mengobrol di luar. Niatnya ia memasuki kereta kuda untuk menyendiri, tapi ia lupa kalau Morwen juga ada di sana. Perempuan itu tengah mengutak-atik arloji antik.

"Rusak?" tanya Iyris seraya meraih buku Istori'es Pnevada ka'i Thein dari tasnya. Walaupun ia sudah selesai membaca semua halamannya, beberapa bagian ada yang masih belum ia mengerti. Teka-teki yang belum terpecahkan.

Morwen melirik Iyris sekilas. "Sudah lama rusak, tapi belum sempat kubenarkan."

Pintu kereta tiba-tiba saja terbuka perlahan. Seyanor dan Sheyon berdiri di luar kereta. "Ayo bicara sebentar," ujar Seyanor pada Iyris.

Iyris sempat bertukar pandang dengan Morwen sebelum akhirnya keluar dari kereta dan mengikuti kedua sahabatnya itu. Kedua sahabatnya itu menuntun Iyris untuk menjauh dari yang lain, berjalan ke dekat telaga kecil yang tak jauh dari tempat mereka bermalam.

"Kenapa?" tanya Iyris.

"Kita harus berhenti," ujar Seyanor.

"Apa?"

"Kau tahu apa yang kumaksud, Iyris. Aku tidak bisa melihat lebih banyak korban jiwa lagi. Selama ini aku dan Sheyon hanya diam karena kami ingin melihat seberapa jauh bangsa mereka bisa bertindak, tapi sekarang tidak lagi. Jika kita terus maju, bisa saja mereka akan membumi hanguskan Elftorium yang ada di Melford." Ekspresi Seyanor terlihat sendu. Melihat para Elf tidak bersalah yang harus meregang nyawa kembali mengingatkannya akan kejadian masa lalu tersebut. Kejadian yang membuatnya selalu merasa mual saat melihat darah. Iyris tahu itu, dan karena itulah saat mereka harus mengantarkan Halsten dan Nyle yang terluka dari rawa, wajah Seyanor begitu pucat.

"Ada Elftorium di Melford?" Seketika tubuh Iyris menegang. Siapapun pemimpin Havalen sekarang, ia sudah tahu kalau mereka ada di Melford. Mereka bisa saja membakar seluruh Elftorium yang ada di Melford.

"Elftorium?" Kata-kata itu tidak familiar di telinga Sheyon.

"Pondok Elf, tempat dulu kita tinggal bersama Elf yang lain. Seperti tempat persembunyian bagi para Elf, karena itu rumah-rumah di pondok Elf terbuat dari gua atau batang pohon raksasa," jelas Iyris.

"Elftorium tersebar di pedalaman hutan-hutan Melford. Tentu saja mereka tidak akan ambil pusing untuk mencari satu-satu pondok Elf. Mereka bisa saja langsung membakar seluruh hutan yang ada di Melford. Tidak hanya Elf, tapi seluruh penduduk Melford juga akan dirugikan." Seyanor mengepalkan jari-jarinya ke telapak tangan, merasakan kuku-kukunya yang menusuk kulitnya sendiri.

"Tapi kita sudah sejauh ini-"

"Jadi kau tidak peduli dengan korban-korban selanjutnya?"

"Aku juga sudah muak!" desis Iyris, berusaha menahan amarahnya. "Kita sudah sejauh ini dan sebentar lagi, jika biji pohon ini berhasil kita kembalikan, kehendak kita akan terkabul. Kebebasan yang selama ini seluruh Elf dambakan akan terkabul. Mereka tidak perlu lagi bersembunyi." Iyris menghela napas frustasi. "Kita sudah membunuh tubuh kasar roh-roh itu dan kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menghentikan para bedebah itu?" Iyris menggenggam salah satu tangan Seyanor dengan kedua tangannya, berusaha meyakinkan lelaki itu. "Mereka tidak bisa membakar seluruh Melford begitu saja. Melford adalah salah satu daerah terkaya di Havalen. Pertambangan ataupun pertanian, Melford unggul akan keduanya dari daerah-daerah lain. Mereka tidak senekat itu untuk menjatuhkan perekonomian negara hanya demi mengirim gertakan pada kita."

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang