6. Grape

832 130 13
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

"Kau adalah pelayan pribadinya mulai sekarang."

Kata-kata ketua pelayan beberapa menit yang lalu terus berputar di kepalanya bagai kaset rusak. Menjadi pelayan pribadi yang melayani makhluk tidak terkendali itu selama 24 jam? Apakah mimpi buruknya tidak bisa menjadi lebih buruk?

Dengan langkah lesu dan degup jantung yang serasa ingin copot, Iyris mendekati kamar Pangeran pertama dengan makanan di atas nampan yang ia bawa. Iyris terdiam sebentar, menatap lengannya yang dibalut kain putih. Memori mengerikan saat subuh tadi kembali menghantuinya. Rasanya ia ingin kabur saja dari sana jika tidak ada ketua pelayan si Pengendali Gerak di belakangnya.

"Masuk." Suara itu terdengar sebelum Iyris sempat meminta izin untuk masuk. Tidak heran, pastinya Pangeran pertama bisa mengetahui keberadaan orang di depan kamarnya hanya dengan aroma yang tercium di hidungnya.

Setelah beberapa detik meyakinkan diri, Iyris masuk kedalam kamar gelap tersebut, menutup pintunya. Suara deru nafas halus menyisip indera pendengarnya. Walau pencahayaan kamar itu remang-remang menuju gelap, tapi Iyris masih dapat melihat sosok Pangeran pertama yang tengah bersandar di kepala kasur walau tidak terlalu jelas. Poni lelaki itu menutupi matanya.

"Tuan, makanannya-"

"Letakkan saja."

Iyris pun menaruh nampan berisi makanan itu di atas meja. Ia tidak langsung pergi begitu saja, tapi tetap diam menunggu. Beberapa detik, Pangeran pertama tetap diam di atas tempat tidurnya.

"Apa yang kau lakukan? Keluar." Pangeran pertama sekarang menatap lurus kearah Iyris yang masih saja berada di kamarnya.

"Kepala pelayan meminta saya untuk memastikan kalau Tuan memakan makanannya."

Tak beberapa lama kemudian Iyris mendengar helaan nafas dari lelaki itu. Pangeran pertama bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju meja. Ia menatap sebentar makanannya dengan tidak nafsu, lalu menyingkirkannya.

"Singkirkan," ketus Pangeran pertama.

"Tapi ketua pelayan-"

"Kau membantah saya?" Pangeran pertama kembali menatap tajam kepada Iyris.

Iyris berusaha menahan emosinya. Ia kembali meminta baik-baik pada Pangeran pertama untuk setidaknya memakan setengah makanannya, tapi lelaki itu tetap menolak mentah-mentah makanan yang Iyris sudah buat sendiri dengan susah payah.

Sudah muak berdebat, Pangeran pertama kembali menuju tempat tidurnya, tidak memedulikan kekesalan Iyris. Kegelapan menelan lelaki itu karena letak tempat tidur yang terdapat di ujung ruangan. Membuat Iyris tidak bisa melihat dengan jelas keberadaan lelaki itu.

Iyris tidak ingin menyerah, karena jika begitu, ia bisa-bisa kembali diomeli dan cambukan rotan akan kembali dihujamkan pada tubuhnya. Gadis itu pun mendekat kearah tirai, membukanya lebar-lebar dan sinar matahari siang yang begitu terang menghambur kedalam kamar. Sekarang ia bisa melihat dimana Pangeran pertama berada. Lelaki itu duduk di bawah kasur seraya memegangi sebelah wajahnya.

Begitu sinar matahari masuk kedalam kamar, Pangeran pertama sontak berbalik, menatap nyalang kepada Iyris dengan rahang mengeras. Kedua maniknya menyipit dan keningnya mengernyit.

"Apa yang kau lakukan?! Tutup tirainya!" Bentak Pangeran pertama. Lelaki itu sekarang menutupi seluruh wajahnya seakan takut jika ada orang lain yang melihatnya.

Iyris hati-hati kembali berjalan kearah meja. "Tolong makan makanan anda, Tuan."

Itu menyulut emosi Pangeran pertama. Dengan cepat ia bangkit dari duduknya, berjalan kearah Iyris dan melempar nampan berisi makanan itu kepada Iyris dengan satu tepisan.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang